“Bukankah taman tersenyum, setelah awan menangis?
Adakah hikmah bersemi, setelah musibah menghampiri.”
Julio Iglesias, siapa yang tidak mengenal pria tampan bersuara emas ini? Penyanyi berkebangsaan Spanyol ini dikenal luas sebagai penyanyi ballad dengan lagu-lagu yang romantic. Ia telah merilis 77 buah album dalam 14 bahasa.
Konon ia pernah menyanyi lagu-lagu dalam Bahasa Indonesia. Ia berduet dengan Anggun dalam album Romantic Classic Asia. Menjadi biduan bukanlah cita-cita si Julio kecil. Ia memimpikan bisa menjadi
pemain sepak bola professional. Impiannya setinggi langit, untuk bisa menapak rumputnya La Liga Spanyol.
Prestasinya di sepak bola juga tidak jelek, ia menjadi penjaga gawang utama di Real Madrid Junior. Saat ia berusia 20 tahun, ia mengendarai mobilya dengan kencang, sehingga kehilangan kendali atas
kemudianya dan mobilnya terguling. Saraf tulang belakangnya terganggu.
Dokter memvonis, ia kemungkinan besar tidak bisa berjalan lagi. Pupuslah harapannya untuk melanjutkan karirnya di sepakbola, yang sangat dicintainya. Hidup itu memang penuh misteri, saat
ia berlatih untuk memulihkan kembali syaraf tangannya yang hampir lumpuh, seorang teman menghadiahi sebuah gitar.
Berbaring lama di Rumah Sakit, teman yang banyak menghiburnya adalah sebuah gitar. Mulailah Julio lebih sering bernyanyi sambil memainkan gitar barunya.Dengan iringan gemerincing gitar, suaranya yang lembut, dinikmati oleh pasien lain, perawat, dokter dan staf medis lainnya.
Setelah sembuh, Julio yang memang berstatus mahasiswa hukum melanjutkan pendidikan hukumnya. Setelah lulus, ia bekerja beberapa waktu sebagai pengacara. Hobi bernyanyinya ternyata tidak hilang meski sudah tidak di rumah sakit lagi.
Pada 1968, ia ikut serta dalam Benidorm music Festival di spanyol dan berhasil menarik perhatian Columbia Record untuk mengontraknya. Pintunya yang tertutup untuk menjadi pemain bola ternyata membukakan pintu lain untuk menjadi penyanyi. (SH)-FR
