Info Pusat

Wawancara dengan ketua AMPTT

Dalam rangka memperingati  Hari Bhakti POSTEL ke-68 tanggal 27 September 2013, tim redaksi Penstel  melakukan wawancara secara obrolan santai dengan  Ketua AMPTT ( Angkatan Muda Pos Telepon Telegrap) Bandung , bapak H R E Gurjama di kediaman beliau di Jl. Piit No. 6 Bandung. Putra Jawa Barat ini lahir tahun 1925. Beliau bekerja sejak zaman Jawatan PTT . Tugas terakhir beliau sebagai pejabat di Kantor Pos Besar Bandung dan memasuki pensiun tahun1981. Kondisi phisik beliau dengan usia 85 tahun nampaknya masih cukup sehat. Daya ingatnya masih kuat dan masih gemar membaca buku-buku walau dibantu dengan menggunakan kaca pembesar. Selain organisasi AMPTT beliau juga masih beraktivitas di paguyuban Bandoeng Heritage. Beliau menerima kedatangan kami dengan penuh keramahan dan keakraban.  Berikut cuplikan hasil perbincangan bersama beliau.

 

Mohon bapak ceriterakan kepada kami sekilas tentang AMPTT sejak berdiri sampai saat ini dan peran nya dalam peristiwa bersejarah 27 September 1945.

Berawal dari hari kemerdekaan  RI yang ditandai dengan pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Soekarno – Hatta maka dimulailah proses pengambil-alihan  kekuasaan di segala bidang di seluruh nusantara dari tangan kekuasaan penjajah (waktu itu Jepang) kepada pemerintah Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Namun karena prosesnya berjalan tidak mudah dan lambat maka di mana-mana termasuk di  Bandung  memicu berdirinya organisasi perjuangan kemerdekaan diantaranya adalah AMPTT yang berdiri pada awal bulan September 1945 sebagai penjelmaan dari organsasi sebelumnya yaitu Pasukan Khusus PTT. AMPTT adalah organisasi perjuangan yang dibentuk dan diketuai oleh Soetoko .  Anggotanya terdiri dari para pegawai PTT, siswa-siswa pendidikan PTT dan pemuda-pemuda   PTT yang berkedudukan di Bandung. Saya dan semua pegawai kantor pusat PTT waktu itu dibawah pimpinan bapak Mas Soeharto menjadi anggota AMPTT.  Visi dan misi AMPTT waktu itu adalah berjuang menjadikan PTT yang merdeka dari tangan kekuasaan Jepang dengan  penyerahan secara damai ataupun dengan pertumpahan darah.  Dan kenyataannya karena proses perundingan berjalan alot maka terpaksa harus ditempuh cara terakhir yaitu perebutan kekuasaan secara paksa pada tanggal 27 September 1945 dan berhasil tanpa terjadi pertumpahan darah ataupun korban. Sejak hari itu sangsaka merah-putih berkibar  megah di atas tiang bendera di halaman depan gedung PTT yang menghadap ke bagunan induk gedung sate.  Selain itu mengangkat bapak Mas Soeharto menjadi  Kepala Jawatan  PTT dan bapak R. Dijar sebagai wakilnya.

Beberapa lama kemudian bapak Soetoko, Ketua AMPTT, meninggalkan PTT untuk bergabung tugas aktif di bidang kelaskaran menjadi tentara pejuang RI dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan yang masih diselimuti ancaman kedatangan kembali penjajah  Belanda  dengan pasukannya NICA yang didukung oleh Sekutu.  AMPTT ditinggal beliau tanpa ada pengantian resmi Pengurusnya . Beliau hanya berpesan kepada yang ditinggal diantaranya kepada saya dan beberapa kawan untuk meneruskan aktivitas dan keberadaan AMPTT lebih-lanjut . Maka kalaupun saya sekarang tetap mengurus AMPTT  istilahnya sebagai  “ penerus” Ketua AMPTT.  Saat ini kami masih ada 5 orang (2 dari Pos dan 3 dari Tel) baik yang berupaya meneruskan keberadaan AMPTT dengan mengatur tugas kepengurusan sekaligus sebagai anggota. Saya sendiri dari Pos sebagai Ketua Penerus , bpk. Soegandi  (Tel) sebagai Wakil Ketua, bpk.  Siana (Pos) sebagai Sekretaris/Bdh, dan  bpk. Moerwahono (Tel) serta  bpk.    Soemardi  (Tel) sebagai anggota.

Peristiwa bersejarah tanggal 27 September 1945 sampai saat ini terus dikenang dan diperingati sebagai Hari Bhakti POSTEL dan untuk tahun 2013 ini adalah acara peringatan yang ke-68.  Ada hal-hal khusus atau kesan mendalam bapak terkait acara peringatan tersebut?.

Patut disyukuri karena memang nilai perjuangannya sangat tinggi. Sejak saat itu benar-benar kami bekerja demi kepentingan negara, bangsa dan rakyat Indonesia yang telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945. Tentu kami yang turut andil sebagai pelaku sejarahnya sangat bangga bahwa  tanggal 27 September 1945 tersebut  dinilai sebagai salah satu hari bersejarah bagi negara dan bangsa Indonesia.

Selain itu peristiwa 27 September 1945 telah memicu organisasi pejuang lainnya di hari-hari berikutnya melakukan perebutan instansi masing-masing antara lain Balai Besar Kereta Api, Kantor Keresidenan, Perusahaan Listrik, Jawatan Geologi bahkan Pabrik Senjata di Kiara Condong dan lain-lain.

(Sesaat beliau masuk kedalam kamar mengambil  baju seragam AMPTT, berwarna dril coklat muda lengkap lencana  dan nama H RE Gurjama. ). “ Ini baju seragam kami AMPTT”, katanya dengan ekspresi wajahnya nampak bangga bercampur haru.  Saya pakai pada setiap diundang pada acara 17 Agustusan dan Hari Bhakti POSTEL 27 Septemberan. Tim redaksi  sempat menyeletuk ; “ Itu baju seragam adalah hadiah dari POS dan TEL?”. Ach, kami bikin sendiri dan biaya masing-masing, jawabnya singkat.

Bapak bisa jelaskan tentang tugu pahlawan PTT yang ada di halaman Kantor Posindo sekarang  di Jl Cilaki. Nama-nama pahlawan yang diabadikan pada tugu, gugur pada peristiwa apa saja?

Tugu dibuat sekitar tahun limapuluhan sebagai tanda penghormatan PTT kepada para pejuang , pegawai termasuk ada juga siswa PTT yang gugur didalam tugas turut menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.  Ada 85 orang yang namanya terukir di tugu tersebut (seraya beliau menyodorkan satu lembar daftar nama yang berjudul “Nama-nama Pahlawan PTT yang diabadikan pada Tugu Pahlawan PTT”).

Mereka gugur dalam bermacam peristiwa, yang terjadi dalam kurun waktu sejak tahun 1945 sampai dengan 1949. Seperti pak Mas Soeharto, ketika terjadi pertempuran Bandung Lautan Api tanggal 24 Maret 1946, beliau dan wakilnya Pak R. Dijar beserta pegawai termasuk saya hijrah ke kota Jogjakarta  tempat pusat pemerintahan Republik Indonesia. Kami melanjutkan tugas di Kantor Pusat PTT Jogjakarta.

Tanggal 19 Desember 1948, Belanda menyerbu ibukota RI Jogjakarta. Selanjutnya pada tanggal 17 Januari 1949, tentara Belanda  menangkap Mas Soeharto dan dibawanya ke tempat yang tidak diketahui.  Sejak itu tidak ada seorangpun yang mengetahui persis nasib beliau, namun diperkirakan telah gugur sebagai pahlawan bangsa. Saya juga ditangkap oleh tentara Belanda, tapi setelah berhari-hari diinterograsi akhirnya saya dilepas, tapi diharuskan kembali ke domisili asal yaitu Jawa Barat.

 

Bagaimana pendapat bapak kalau tanggal 27 September 1945 selain sebagai hari Bhakti POSTEL juga ditetapkan sebagai Hari Jadi PT POSINDO dan Hari Jadi PT TELKOM?.

Tanggal 27 September 1945 itu adalah  Hari PTT , sekarang Hari Bhakti POSTEL. Kalau untuk Hari Jadi POS dan Hari Jadi TEL menggunakan tanggal tersebut yang sama, itu sangat baik dan tidak masalah karena terkandung makna sejarah  perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dan nilai-nilai kepahlawanan yang patut dihormati serta dihargai tinggi oleh bangsa , negara dan institusi terkait.

Sebagai pelopor, pendahulu dan sesepuh, bagaimana pendapat bapak melihat perusahaan POS & TEL masa kini dan apa harapan bapak? Pesan bapak untuk generasi penerus saat ini ?.

Saya turut bangga bahwa baik POS maupun TEL masa kini sudah mengalami banyak kemajuan dan modern. Itu sesuai cita-cita dan harapan kami dahulu yakni mengisi kemerdekaan dengan peningkatan segala bidang untuk kemajuan bangsa dan negara tercinta. Semoga generasi penerus baik pimpinan maupun karyawannya tidak sekali-kali melupakan perjuangan dan kepeloporan para pendahulunya.  Selamat bekerja dengan semangat pejuang sejati untuk dapat meraih kemakmuran dan kesejahteraan bersama termasuk bagi para pensiunannya.

Terimakasih kami sampaikan atas kesediaan bapak untuk wawancara dan perbincangan ini. Semoga kesehatan bapak selalu terjaga prima dan tetap bersemangat.*** (Redaksi / ims)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close