Pengalaman Anggota

Opor ayam bekas

Di desa, saya sering mendapat kiriman berkat. Minggu lalu saya dapat berkat yang istimewa, lain dari biasanya. Tetangga yang baru memperoleh cucu baru, mengirim ingkung, ayam goreng. Satu ekor wutuh. Dua tiga kali makan, kok tidak puas. Maaf, kok bumbu kurang meresap ke daging ayam.

Saya usul sama ibunya genduk, “bagaimana kalau dibuat opor saja?”. “Wah, apa bisa wong sudah digoreng begini?”, jawabnya sangsi.

“Lha dicoba saja, dari pada tidak dimakan, sayang kan?”, jawab saya lagi.

Kebetulan di freezer masih ada kelapa separo, sisa masak papaya muda minggu lalu. Kelapa ini kelapa jatohan, karena saya sudah tidak mampu memanjat kelapa lagi, ya trimo nunggu jatohan dan
selalu ada, siap untuk di masak. Jadi betul-betul kelapa tua yang santannya bermutu tinggi.

Nah, saya kutip bumbu opor ayam dari buku SKP (Sekolah Kepandaian Putri), karangan Nji L.Padmowidjaja, terbitan Dinas PD dan K Daerah Istimewa Jogjakarta, 1965, brambang-bawang,
kemiri, ketumbar, djinten, garam, gula, salam, laos, asam, trasi, serai, santan kental.

 

Semua ada. Ayam goreng saya potong-potong, kemudian saya cemplungkan panci, isi air, bubuhi laos dan salam. Setelah mendidih kemudian saya teruskan merebus, dengan saya bumbuhi lagi garam, serai dan gula. Agar rasa ayam nanti tidak dingin.

Sementara itu saya siapkan semua bumbu yang lain, saya haluskan. Ingat acara Bondan Winarno kemarin, ada masakan Belitung yang kuat rasa ketumbarnya, saya coba tambah porsi ketumbarnya. Saya coba cicipi rasa jinten, ternyata pedas.
Cocok sebagai pengganti cabe, yang tidak disukai oleh si kecil. Sengaja kemiri saya tambahin agar masakan menjadi lebih berminyak, sekalipun rebusan ayam goreng ini sudah berwarna kecoklatan dan kaya dengan remahan kecil daging dan kulit ayam.
Bumbu ini kemudian saya gangsa (goreng sebentar) sebelum saya cemplungkan ke masakan saya. Barulah saya peras santen diatas panci yang mendidih.

Saya biarkan kuahnya menyusut sehingga masakan saya lebih kental. Coba saya incipin rasanya ……? mak srupuuuut… Alhamdulillah…. Uenak. Tidak sabar saya, langsung saya santap dengan nasi hangat. Hari masih pagi, tapi saya sudah gemrobyos, keringat mengucur deras dari kulit saya, kekenyangan. Mantap. (Salam; Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close