Islam

Ramadhan dan karakter anak bangsa

Banyak pihak menilai proses pendidikan kita kini kurang menekankan membentuk karakter siswa. Pendidikan dianggap lebih menekankan aspek kognitif. Munculnya berbagai peyimpangan kehidupan berbangsa kini ditengarai produk pola pendidikan yang mengabaikan pembangunan karakter siswa.

Tentu saja penilaian ini dirasakan kurang adil karena banyak faktor terkait dengan pembentukan karakter seorang anak. Namun demikian bagi lembaga pendidikan tentunya penilaian semacam ini dapat menjadi kritik guna melakukan pembenahan pola didik terhadap siswa.

Kemenegpora telah menggulirkan program pembangunan karakter. Program ini difokuskan pada pendidikan karakter generasi muda. Kemenegpora mengucurkan anggaran 10 miliar untuk pelaksanaan program itu, di pusat dan di daerah.

Pemerintah merasa prihatin karena dewasa ini pendidikan karakter sering dilupakan. Akibatnya muncul berbagai permasalahan sosial seperti kenakalan remaja, korupsi, kasus SARA, kemiskinan dan sebagainya. Berbicara karakter seperti kita manaiki tangga yang tidak berujung dengan membawa beban yang berat.

Artinya, tugas untuk membangun karakter ini tidak pernah selesai melainkan harus selalu diulang, diingatkan dan dibina terus-menerus dan perlu keteladanan semua pihak, baik orangtua, guru, dan masyarakat.
Membangun karakter idealnya dimulai dari usia dini karena pada usia seperti itu pemahaman konsep dan penanaman nilai mudah diberikan dan anak belum banyak terpengaruh oleh polusi lingkungan sekitarnya.

Karakter seseorang dapat terwujud dalam perilaku cerdas, jujur, peduli, dan tangguh. Kecerdasan anak terlihat ketika dapat mengamati perbedaan dan fakta yang ada. Intinya kecerdasan adalah kemampuan mengamati dan membuat analisa dari tiap masalah. Kecerdasan merupakan hasil olah cipta seseorang.

Aspek jujur dalam perilaku anak adalah berani berkata apa adanya dan berpikir lurus. Keteladanan orangtua sangat penting karena anak sudah terbiasa berkata dan berperilaku jujur sejak dari rumah. Aspek jujur ini merupakan hasil dari olah karsa yang dimiliki seorang anak.

Seorang anak yang memiliki sifat peduli sangat disenangi teman-temannya karena anak tersebut memiliki tingkat perhatian yang tinggi dan mau berbagi kesenangan dengan sesama. Anak harus dilatih untuk memiliki sifat empati artinya ikut merasakan apa yang orang lain rasakan. Aspek peduli ini merupakan pengembangan dari olah rasa seorang anak.

Disamping itu, anak harus dibina berani mengatakan dan tidak cengeng serta tidak terlalu banyak menuntut tapi bisa berprestasi. Aspek yang demikian memiliki ketangguhan yang merupakan hasil dari olah rasa pada diri anak. Kita percaya dengan membangun karakter yang baik sejak dini akan menumbuhkan generasi yang smart, amanah dan dapat membawa bangsa ini menuju yang lebih baik.

Bulan Ramadhan tampaknya momen yang baik bagi sekolah guna menyelenggarakan kegiatan yang dapat membangun karakter positif siswa. Salah satu kegiatan yang rutin di bulan Ramadhan adalah Pesantren kilat atau Pondok Ramadhan.

Pada acara Pondok Ramadhan ini diisi kegiatan keagamaan, shalat , tadarus/ baca alquran, ceramah agama di sekolah atau mendatangkan Ustat dari luar sekolah, lomba membuat kaligrafi, puisi, cerdas –cermat dan banyak lagi kegiatan lain yang bernuansa islami yang kreatif dan mendidik.

Melalui Pesantren kilat guru dapat memasukkan nilai-nilai positif kepada siswa. Keterlibatan guru dalam kegiatan ini dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kompetensi kepribadian dan sosial sehingga menjadi sosok yang pantas menjadi teladan bagi siswanya.

Di bulan Ramadhan dengan berpuasa siswa diajak meningkatkan rasa empati dan simpati kepada sesama yang nasibnya belum beruntung. Bukankah dengan berpuasa mereka juga merasakan bagaimana rasanya hidup dalam kekurangan.

Dengan demikian diharapakan tumbuh dalam diri siswa kepekaan sosial untuk saling berbagi. Melalui puasa, siswa diajak agar mempunya kepribadian yang sabar, tahan terhadap godaan dan menjunjung tinggi kejujuran.

Penanaman sikap toleransi di bulan Ramadhan tentunya sangat diperlukan. Siswa yang tidak menjalankan ibadah puasa menghormati kepada siswa yang berpuasa. Sebaliknya siswa yang berpuasa hendaknya tidak mencela kepada siswa yang tidak berpuasa karena alasan keyakinan atau alasan lainnya. Di sini sikap saling menghormati , toleransi dan cinta damai selalu dibina.

Munculnya sikap merasa benar sendiri, menganggap yang tidak sepaham sebagai lawan yang layak diperangi perlu diwaspadai guru. Melalui penanaman nilai2 agama secara benar dan kesadaran adanya keberagaman kehidupan beragama dan bermasyarakat, siswa diajak lebih toleran dan cinta damai.

Di akhir Ramadhan sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan pembagian zakat fitrah melibatkan siswa. Melalui kegiatan ini siswa di asah kecerdasan sosialnya. Sikap kasih sayang, peduli terhadap sesama perlu ditunjukkan dengan kegiatan nyata.

Dengan melibatkan siswa dalam pengumpulan dan pembagian zakat fitrah siswa belajar bagaimana mereka berinteraksi sosial terhadap lingkungan sekolah. Siswa juga dilatih mengorganisasi sebuah kegiatan sosial kegamaan dan mendalami kehidupan sesama yang kurang mampu.

Bagi sekolah tampaknya tidak sepantasnya bulan Ramadhan berlalu begitu saja tanpa kegiatan yang yang bermanfaat. Bulan Ramamadhan merupakan momen yang tepat sekolah melakukan kegiatan-kegiatan yang mampu memperbaiaki karakter siswa.

Allah dengan sengaja mendesain ibadah puasa sebagai wadah untuk riyadhah(pelatihan); artinya melatih diri untuk dapat menghindar dari sikap, sifat dan perbuatan yang dibenci Allah. Tujuan utama dari puasa ini yaitu menjadikan insan takwa.

Takwa adalah perbuatan hamba yang senantiasa menjaga dirinya dari kemarahan/azab Allah. Takwa merupakan buah keimanan yang tulus dan ikhlas kepada Allah disertai dengan amal shalih sehingga masuk kategori muflihun(orang-orang yang beruntung) bukan khasirun (kelompok yang merugi).

Karakteristik orang bertakwa disebutkan lagi dengan rinci dalam firman-Nya QS. Al-Baqarah:177. ” bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat2, kitab2, nabi2 dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya.

Kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Bahwa yang dikatakan takwa kepada Allah itu tidak cukup dengan sekedar melaksanakan shalat, namun diiringi dengan perbuatan baik atau kebajikan seperti bunyi ayat di atas. Yang demikianlah yang disebut dengan orang yang memiliki karakter Qurani.

Mudah2an dengan Puasa Ramadhan tumbuh anak bangsa berkarakter positif dan berkarakter Qurani yang diharapkan mampu membawa bangsa ini bermartabat. Bangsa yang menjunjung tinggi kejujuran, toleransi, anti korupsi dan cinta damai. (OLEH : KI. SONHAJI MUTIALLAH, M. MPd; http://biologytamansiswa.blogspot.com/2013/02/puasa-ramadhan-membentuk-karakter-anak.html)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close