Aku cinta IndonesiaIptek dan Lingk. Hidup

Batik dan inovasi kompor Astoetik

Mau membatik, ya Astoetik saja. Dia itu bukan nama orang. Astoetik itu merupakan merk kompor listrik yang digunakan untuk membatik, tapi singkatan dari Auto-Electric Stove for Batik, yang berarti kompor listrik otomatis untuk membatik.

Salah satu produk unggulan teknologi rekayasa alat membatik itu ditampilkan di Pameran Produksi Indonesia (PPI) yang berlangsung sejak 6 – 9 Agustus 2015 di Convention & Exhibition Hall, Grand City Surabaya. Pada saat mengunjungi PPI 2015 (6/8/2015), saya sempat mampir di anjungan Kemeperin.

Saya diterima baik oleh Pak Wisnu. Menurut penjelasan Beliau, ada 3 jenis batik, yaitu: batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi (perpaduan batik tulis dan cap). Apakah batik printing itu termasuk batik, Pak? Tanya saya. Pak Wisnu menjelaskan, “batik printing itu bukan batik, tetapi motif batik yang dihasilkan dengan teknologi printing”.

Oh… jadi, baju2 corak warnanya umumnya “ngejreng” bermotif batik itu tidak tergolong batik, itu printing bermotif batik. Pantesan harganya lebih murah dari batik tulis, dan desainnya mudah ditiru. Kini saatnya kita banggakan batik khas Indonesia yang memang benar-benar batik.

Dari penjelasan Beliau, saya mengenal Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB), yang sebagian tugas pokoknya memberi layanan perekayasaan di bidang industri batik. Beberapa hasil perekayasaan BBKB yang dimanfaatkan antara lain kompor listrik batik, alat pengeplong tempurung kelapa, alat irat bambu, dan lain-lain.

Karena itu, kompor merk Astoetik buatan masyarakat patut mendapat apresiasi sebagaimana mestinya, agar produk unggulan dalam negeri memiliki daya saing ketika MEA diberlakukan akhir 2015 nanti.

Budaya Batik dan Keunggulan Inovasi Kompor Astoetik
Batik identik dengan budaya Indonesia yang unik. Sejak 2009, Batik ditetapkan UNESCO sebagai “warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (masterpieces of the oral and intangible heritage of humanity) yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi.

Karenanya batik melekat dengan identitas budaya Indonesia, warna dan motifnya mencerminkan kreativitas dan spiritualitas budaya bangsa. Ada batik khas Bali, Madura, Malang, Solo, Yogyakarta, Cirebon, dan lain sebagainya. Beberapa motif batik juga dapat menunjukkan status seseorang.

Agar budaya batik tetap lestari dan semakin menarik, diperlukan inovasi, baik dalam desain maupun teknologi proses pembuatannya. Salah satu alat terpenting dalam proses pembuatan batik adalah kompor. Dulu masyarakat membatik menggunakan kompor minyak tanah, sehingga kestabilan panas kurang terjaga.

Kompor Astoetik hadir untuk memecahkan masalah itu. Setelah bagian kain tertutup “malam” dengan sempurna, maka proses pewarnaan motif batik dengan “canting” di kain semakin mudah. Agar proses mencairkan “malam” berjalan stabil, maka membutuhkan kompor dengan suhu panas yang stabil pula.

Kompor batik listrik Astoetik dibuat dengan teknologi yang hemat energi. Untuk mengoptimalkan hasilya, kompor listrik Astoetik menggunakan sistem Proportional Integral Derivative (PID). Sistem ini menjadi semacam alat kontrol presisi yang mampu melahirkan suhu panas yang stabil.

Karena Kompor listrik Astoetik menggunakan model PID, maka kestabilan suhu malam dapat diatur secara otomatis dan cukup menggunaan daya listrik kecil. Manfaatnya bisa menghemat energi hingga mencapai 65% bila dibandingkan dengan kompor batik listrik lain dan mencapai 95% bila dibandingkan dengan kompor minyak tanah.

Secara ekonomis, kompor Astoetik mampu menghemat biaya 10 kali tiap harinya, atau setara dengan 8 jam pemakaian. Manfaat lainnya, setiap pembatik tidak perlu bersusah payah mengatur panas secara manual, sehingga pembatik bisa fokus untuk membatik.

Selain ramah lingkungan, keunggulan lain kompor Batik Astoetik adalah mampu mendeteksi karakteristik “malam” yang digunakan dalam proses membatik, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Pada saat mencapai suhu yang telah ditentukan, maka panas akan tetap stabil pada suhu tersebut, sehingga hasilnya optimal.

Energi yang dihasilkan melalui sistem PID mampu menjaga kestabilan suhu dalam proses membatik sesuai standar. Malam yang digunakan lebih efektif karena pembatik tak harus membagi fokus antara menstabilkan api dan melukis gambar batik dengan canting.

Jenis Produk dan harga Kompor Astoetik
Ada beragam produk kompor Astoetik yang ditawarkan dengan harga yang berbeda-beda, sesuai dengan spesifikasinya. Ada Kompor Astoetik tipe Standar, Otomatis, Modifikasi dan Limited Edition. Tipe standar misalnya, terbuat dari bahan baku tanah liat yang ramah lingkungan.

Jika badan kompor pecah, maka limbah kompor mudah terurai di dalam tanah. Berdasarkan brosur yang ada, harga kompor jenis standar dipatok Rp 310.000. Kompor jenis ini, mampu menjaga kestabilan suhu malam dari 0 – 300 watt, sehingga hemat energi sebesar 95% dibanding kompor minyak tanah. Menggunakan kompor ini, pembatik tinggal memutar variable resistor untuk menyesuaikan suhu “malam” yang dikehendaki.

Sementara kompor Astoetik otomatis berbahan alumunium, kompornya lebih kuat dari pada kompor yang terbuat dari tanah liat. Harganya cuma sekitar Rp 350.000. Kompor ini memiliki keunggulan mampu menjaga kestabilan suhu “malam” secara otomatis, penggunaan daya listrik kecil, dan hemat energi.

Ada pula jenis lain yang disebut Kompor Astoetik Zero Crossing, yang berbahan alumunium dan tanah liat, masing2 berharga Rp 450.000 dan Rp 465.000. Kelebihan lain kedua jenis kompor ini adalah didesain dengan kualitas ekspor untuk digunakan di luar negeri.

Sedangkan kompor Batik Astoetik limited edition didesain dalam jumlah terbatas, bodi kompornya bermotif batik tulis lukis, karena itu harganya bisa mencapai Rp 500.000 per kompor.

Produk Kompor Batik Astoeti sungguh inovatif, bermanfaat dan harganya relatif terjangkau? Karena itu, wajar jika produk itu mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Pada tahun 2013 misalnya, Kompor Batik Astoetik masuk finalis inovasi IPTEKS Kemenpora dan peraih dana TeknoPemuda Kemenristek RI.

Baru-baru ini, ia mendapat apresiasi “Published on Make Difference (MaD) Hongkong” pada tahun 2014 serta Peraih Dana Program Mentoring oleh Yayasan INOTEK 2014. Atas dasar itu, Kompor Batik Astoetik layak dibanggakan sebagai produk unggulan dalam negeri yang ramah lingkungan, hemat energi, mudah digunakan dan ekonomis. Mau membatik, ya Astoetik saja. (http://www.kompasiana.com/m_yunus/batik-dan-inovasi-kompor-astoetik-di-ajang-ppi-2015_55c666a003b0bdeb18b62930)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close