Islam

Puisi terakhir WS Rendra

Hidup itu seperti *UAP*,  yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!
Ketika Orang memuji *MILIKKU*, aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja.

Bahwa mobilku adalah titipan-NYA,
Bahwa rumahku adalah titipan-NYA,
Bahwa hartaku adalah titipan-NYA,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA …

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
*MENGAPA DIA* menitipkannya kepadaku?
*UNTUK APA DIA* menitipkan semuanya kepadaku.

Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-NYA ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA?

Malahan ketika diminta kembali,
_kusebut itu_ *MUSIBAH,*
_kusebut itu_ *UJIAN*,
_kusebut itu_ *PETAKA*,
_kusebut itu apa saja …_  Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah *DERITA*….

Ketika aku berdo’a, kuminta titipan yang cocok dengan
*KEBUTUHAN DUNIAWI*,
_Aku ingin lebih banyak_ *HARTA*,
_Aku ingin lebih banyak_ *MOBIL*,
_Aku ingin lebih banyak_ *RUMAH*,
_Aku ingin lebih banyak_ *POPULARITAS*,

_Dan kutolak_ *SAKIT*,
_Kutolak KEMISKINAN,_
Seolah semua *DERITA* adalah hukuman bagiku.

Seolah *KEADILAN* dan *KASIH-NYA*,
harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku.
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku …

Betapa curangnya aku, Kuperlakukan *DIA* seolah _Mitra   Dagang_ ku
dan bukan sebagai *Kekasih!*
Kuminta *DIA* membalas _perlakuan baikku_
dan menolak keputusan-NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku …

_Duh ALLAH …_
Padahal setiap hari kuucapkan,
_Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU ya ALLAH, AMPUNI AKU, YA ALLAH …_

Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur
dalam setiap keadaan
dan menjadi bijaksana,
mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH …

Sebab aku yakin
*ENGKAU* akan memberikan anugerah dalam hidupku …
*KEHENDAKMU*  adalah yang ter *BAIK* bagiku ..

Ketika aku ingin hidup *KAYA*, aku lupa,
bahwa *HIDUP* itu sendiri adalah sebuah *KEKAYAAN*.
Ketika aku berat utk *MEMBERI*, aku lupa,
bahwa *SEMUA* yang aku miliki juga adalah *PEMBERIAN*.

Ketika aku ingin jadi yang *TERKUAT*, aku lupa,
bahwa dalam *KELEMAHAN*, Tuhan memberikan aku *KEKUATAN*.
Ketika aku takut *Rugi*, Aku lupa,
bahwa *HIDUPKU* adalah sebuah *KEBERUNTUNGAN*, kerana *AnugerahNYA.*

Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu *BERSYUKUR* kepadaNYA
Bukan karena hari ini *INDAH* kita *BAHAGIA*.
Tetapi karena kita *BAHAGIA*, maka hari ini menjadi *INDAH*.

Bukan karena tak ada *RINTANGAN* kita menjadi *OPTIMIS*.
Tetapi karena kita optimis, *RINTANGAN* akan menjadi tak terasa.
Bukan karena *MUDAH* kita *YAKIN BISA*.
Tetapi karena kita *YAKIN BISA*.! semuanya menjadi *MUDAH*.

Bukan karena semua *BAIK* kita *TERSENYUM*.
Tetapi karena kita *TERSENYUM*, maka semua menjadi *BAIK*,
Tak ada hari yang *MENYULITKAN* kita, kecuali kita *SENDIRI* yang membuat *SULIT*.
Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, cukuplah menjadi *JALAN SETAPAK* yang dapat dilalui orang.

Bila kita tidak dapat menjadi matahari,
cukuplah menjadi *LENTERA* yang dapat menerangi sekitar kita.
Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang,
maka *BERDOALAH* untuk kebaikan. (Mahdi; dari grup WA-VN)-FR

 

Sajian IBO lainnya : Persiapkan bekal

Berapa lama kita mudik ke kampung masing2 tahun ini?
Seminggu…? Sebulan…? Setahun…?
Seberapa lama kita  mudik, maka akan menentukan juga seberapa lama dan seberapa banyak waktu dan bekal yang kita butuhkan untuk ber-siap-siap.

Makin lama di kampung, tentu makin banyak bekal yang perlu kita persiapkan untuk kita bawa.
*Saudaraku*..
Bagaimana kalau seandainya kita mudik untuk selamanya…?
Berapa lama kita harus bersiap-siap…? Berapa banyak bekal yang harus kita bawa…?

*Saudaraku*…
jangan lupa kita semua akan dan pasti akan mudik ke *Kampung Akhirat*.
Kita di sana bukan hanya untuk seminggu…., sebulan…, atau setahun..
tetapi untuk *_SELAMA-LAMANYA_*

Untuk itu Saudaraku..
Satu bulan persiapan PASTI tidak cukup untuk mengumpulkan semua bekal yang kita butuhkan, untuk perjalanan mudik ke kampung  akhirat.

Persiapan selama Ramadhan kemarin jelas belum cukup sebagai bekal kita mudik ke kampung akhirat.
Mari tetap kita lanjutkan untuk mengumpulkan bekal taqwa meskipun Ramadhan telah berlalu.

Ramadhan kemarin telah mengajarkan kepada kita sebuah *_seni kehidupan_*  Bukan hanya sekedar
menjauhi yang haram dan yang makruh… tapi juga membiasakan diri untuk melakukan hanya yang terbaik saja..

*Saudaraku*..
Kumpulkan bekal sebanyaknya dan se-baik2nya..
Yakinlah perjalanan mudik kita ke kampung akhirat
jauuuuuuh lebih puanjaang bila dibandingkan dengan kemacetan yang kita tempuh saat mudik kemarin..
Yang karenanya bekal yang kita butuhkanpun tentu jauh lebih banyak

*_Selamat mudik saudaraku, lanjutkan ibadah dengan lebih baik dari yang kemarin2_*..
*Saudaraku*..
Janganlah  lupa untuk senantiasa meyakini bahwa Allah dan para Malaikat-Nya akan tetap senantiasa *HADIR* di tiap aktifitas kita, bukan hanya di bulan Ramadhan saja. (Ayi Priyatna; dati grup WA-78)-FR.

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close