Opini dan sukses bisnis

Pak Yono naik kelas dengan barang bekasnya

UNGARAN, KOMPAS.com- Barang2 bekas tidak ada artinya bila hanya dibuang dan jadi sampah. Namun, di tangan Sri Wiyono (48), benda2 bekas pakai itu bisa bisa disulap jadi barang yang berfungsi dan bernilai ekonomi tinggi. Anda tak akan sangka, satu set meja kursi terbuat dari sepeda bekas. Kepala mungkin geleng2 lihat lemari pakaian dari kulkas.

 

Ceting atau tempat nasi dikawinkan dengan rantai sepeda motor, besi bekas, komponen mesin cuci dan sejumlah barang bekas lainnya bisa disulap menjadi lampu gantung yang cantik. Ada lagi kursi taman panjang yang bisa dilipat, terbuat dari besi bekas dan beberapa bilah papan bekas pintu.

 

Semua barang-barang “langka” itu ada di gudang sekaligus bengkel kerja Wiyono di Jalan Leyangan, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

 

Kelak tempat ini akan diberi nama Mal Rosok alias mal tempat menjual barang-barang dari rongsok.

“Belum pede kasih nama, tapi rencananya mau tak kasih nama Mal Eosok,” kata Wiyono, Minggu (18/9/2016) siang.

 

Yono, semula menjalani pengepul barang bekas / rongsok. Usaha itu ia lakoni 10 tahun dengan untung pas2an. Tak ingin terjebak situasi itu, Yono mempunyai ide mendaur ulang barang2 bekas. Ide itu ia jalani 4 tahun terakhir. “Kalau tidak di-recycle besi ini Rp 2.000 per kilogram. Kalau sudah di-recycle minimal bisa Rp 200.000 ke atas,” ujarnya.

 

Menurut Yono, usaha daur ulang barang bekas ini tidak hanya membutuhkan ide kreatif, tetapi juga kesabaran. Ketika ia ingin membuat benda yang benar-benar berfungsi, terkadang harus berhenti gara-gara belum ada satu komponen yang cocok.

 

Salah satu contoh ketika ia coba membuat sebuah sepeda motor tua dengan bahan2 yang tersedia. Dia harus sabar mengumpulkan suku cadang orisinal dalam waktu lama. Berkat kesabaran, kendaraan roda dua yang ia rancang terwujud. Saat ini ada 3 sepeda motor tua di tokonya. Masing2 ia banderol Rp 4 juta hingga Rp 7 juta.

 

“Mesinnya masih nyala semua, cuma ini habis bensinnya,” kata Yono sembari mencoba motor itu dan sempat ada bunyi mesin motor hidup. Para pelanggan Yono datang dari berbagai macam kelas dan kepentingan. Ada yang beli karena barang2 yang dijual harganya miring. Ada pula yang berniat membeli barang2 yang bersifat retro klasik.

 

Soleh, misalnya, membawa sebuah sepeda bermerek Rp 100.000. Ia berencana mempercantik tampilan sepeda itu lebih baik lagi. “Saya  sengaja beli sepeda yang belum dibetulin. Kalau sudah dipoles Pak Yono, harganya bisa jadi lima kali lipat,” kata warga Beji tersebut.

 

Ragil Nur Rahmat (24), warga Setenan, Ungaran, mengakui bahwa barang-barang yang dijual di tempat itu unik dan langka. Tak satu pun ada barang yang sama persis karena dibuat dari barang-barang bekas yang berlainan. Ragil sengaja mencari barang-barang interior di gudang Yono karena harganya murah.

 

“Kayak lampu2 itu kelihatan klasik, terus kulkas2 bekas jadi lemari. Kalau barang baru pasti dia mahal dan tentu lebih modern. Kalau saya memang carinya yang klasik-klasik,” kata Ragil. Asal Anda tahu, Yono tidak pernah menetukan harga awal kepada pembeli.

 

Biasanya pembeli akan menawar lebih dulu dan Yono memutuskan harganya sudah pas atau belum.

“Yang mahal ini kan idenya,” kata dia. (Syahrul Munir; Laksono Hari Wiwoho; http://regional.kompas.com/read/2016/09/18/18332341/mal.rongsok.pak.yono.saat.barang-barang.bekas.naik.kelas.)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close