Islam

Cinta Rasul (TA 134)

Jatuh cinta adalah proses. Tidak setiap orang menjalani proses yang sama untuk jatuh cinta. Abu Bakar sudah mengenal dan mencintai Rasulullah sejak muda, sebelum kenabian. Beliau mengenal keluhuran budi sahabatnya itu dan mencintainya dengan sepenuh-penuh hati.

 

Hamzah, menyayangi kemenakannya itu, seperti layaknya adik sendiri, karena kedekatan darahnya itu Hamzah membela habis-habisan Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khattab, sebelumnya membenci Rasul, kemudian jatuh hati setelah mendengar keagungan ayat-ayat suci yang diajarkan oleh Nabi.

Para ustadz mengajarkan kepada kita, mewujudkan cinta kita kepada Rasul dengan melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangnya. Memang wujud cinta adalah, tunduk, patuh dan takluk kepada yang dicintai.

Ada pula yang cinta Rasul muncul setelah mempelajari sejarah kehidupan beliau dan mengagumi sifat-sifat serta ketabahan beliau. Banyak juga orang-orang pandai yang menjadi mualaf dan kemudian mencintai Rasul, karena terpukau oleh keagungan dan kebenaran Al Qur’an.

Allah telah meninggikan derajat Rasul, seperti di firmankan di surat Al Insyirah (QS 94:4), “Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu”. Nama Muhammad disertakan dalam bacaan syahadat. Do’a kebaikan yang selalu mengiringi saat kita menyebut nama beliau, mengandung implikasi hendaknya kita selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya dan menjauhi larangannya.

 

Lebih lanjut shalawat kepada Rasul dan keluarganya, dianjurkan diperbanyak pada setiap kesempatan. Dengan itulah kita makin mencintai Rasulullah SAW. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close