Selingan

Wayang Antareja(6)-Persidangan

Burisrawa maju mendekat.
” Sembadra, ayolah ikut aku “, kata Burisrawa lagi. Kerisnya diarahkan ke ulu hati Sembadra.
Sembadra menjadi nanar, dalam keadaan terdesak dan tidak berdaya, dia berteriak. ” Toloooong!”.
Pada saat yang sama justru Sembadra menabrakkan dirinya ke arah keris itu. Seketika keris menusuk dan menembus jantungnya.

Burisrawa yang tidak menyangka Sembadra akan berbuat nekat seperti itu tidak sempat menarik kerisnya. Badan Sembadra lalu terkulai. Burisrawa yang memeluk dan menahan akhirnya melepaskan dan menaruhnya di lantai. Mati.

Burisrawa kemudian kebingungan karena secara sengaja atau tidak sengaja telah membunuhnya. Selain itu teriakan Sembadra jelas akan terdengar oleh banyak orang. Maka tanpa berpikir panjang, Burisrawa secepat kilat melarikan diri dari kasatrian Madukara. Setelah meloncati pagar kasatrian, dia segera menghilang di balik rimbunnya pepohonan malam.

Srikandi yang segera datang ke kamar Sembadra mendapati Sembadra bersimbah darah, ulu haitnya ada bekas luka tusukan. Dia berkesimpulan ada seseorang telah membunuh Sembadra. Berita tentang kematian Sembadra segera menyebar ke segala arah.

Kresna dan Gatutkaca yang mendengar berita itu dan bisa terbang, segera terbang menuju kasatrian Madukara. Di saat itu, mayat Sembadra telah terbujur di pembaringan. Di sekelilingnya para istri anak putra Arjuna duduk mengelilingi seraya menangis, menumpahkan kesedihan atas kepergian orang yang mereka sayangi.

Setelah saling menyapa, Kresna berkata. ” Srikandi, apa yang sebenarnya terjadi?”
” Hamba tidak tahu Kanda. Tadi hamba mendengar teriakan Kanda Dewi Sembadra dan ketika masuk ke kamarnya, dia telah tewas dengan luka tusuk. Pembunuhnya siapa hamba tidak tahu”, jawab Srikandi.

” Jagat Dewa Batara. Ternyata masih ada orang yang berani-berani menganggu ketenteraman umum, menyebar kematian. Kini adikku sendiri yang menjadi korban”, kata Kresna.
” Uwa Prabu, bukankah Uwa bisa menghidupkan lagi Bibi Sembadra dengan pusaka kembang cangkok wijaya kusuma?”, tanya Gatutkaca. Dia memberanikan bertanya, sebab tak tega bibinya mati terbunuh.

” Gatutkaca dan semua saja. Benar, aku bisa menghidupkan. Tapi kita perlu tahu dulu siapa pembunuhnya. Kita tidak bisa menuduh siapapun sebagai pembunuhnya”, kata Kresna.
” Jadi menurut Kanda Kresna bagaimana?”, tanya Srikandi.

” Begini saja, mayat Sembadra kita taruh di rakit lalu dihanyutkan di sungai. Saya yakin pembunuhnya akan datang mengambil atau paling tidak menengoknya. Pada saat itu kita tangkap dia”, kata Kresna. Semua setuju.

Mayat Sembadra lalu diberi pakaian putih kemudian disiapkan rakit dari bambu dan diberi karpet merah serta atap dari kain. Setelah semua siap, mayat lalu diletakkan di atas rakit kemudian dihanyutkan ke sungai. Gatutkaca diberi tugas oleh Kresna mengawal mayat itu dari udara, karena dia bisa terbang.

Yang terjadi kemudian Antareja yang datang dan menghidupkan Sembadra. Terjadi perselisihan dengan Gatutkaca yang menyangka Anatareja sebagai pembunuhnya.
Setelah dihanyutkan lagi, barulah pembunuh sebenarnya yang datang, yaitu Burisrawa.

Kini Burisrawa digelandang oleh Gatutkaca dan Antareja, akan dibawa ke kasatrian Madukara dan selanjutnya akan dibawa ke kerajaan Amarta untuk dihukum.

Rombongan kecil yang membawa Burisrawa ke Kasatrian Madukara itu melalui jalan umum, sehingga menjadi tontonan warga yang dilewatinya. Kejadian ini juga sekaligus mengakibatkan berita tentang Burisrawa yang membunuh Sembadra segera menyebar ke seluruh penjuru negara-negara jaman wayang.

Akhirnya rombongan itu tiba di Kasatrian Madukara. Di sana telah menunggu Srikandi yang sangat jengkel terhadap Burisrawa. Kresna juga ada di sana. Selain itu Arjuna juga telah hadir setelah dikabari dan segera pulang dari kegiatan melalukan darma sebagai seorang ksatria.

 

Istri Arjuna yang lain juga ada yang hadir. Mereka lalu memasuki ruang besar atau aula di Kasatrian Madukara. Mereka melingkar, ada yang berdiri dan ada yang duduk, layaknya akan ada sidang. Kresna sebagai pemimpin sidang duduk di kursi yang disediakan.

 

Arjuna, Sembadra dan Srikandi duduk di samping Kresna. Burisrawa duduk di depannya beberapa langkah. Kedua tangannya diikat ke belakang dan dikawal oleh Gatutkaca dan Anatareja yang duduk di kanan kirinya.
Setelah saling menyapa, kemudian Gatutkaca berkata.

” Uwa Kresna dan Paman Arjuna, inilah pembunuh Bibi Wara Sembadra, yaitu Uwa Burisrawa. Oh ya, saya perkenalkan ini adalah kakak saya Antareja yang telah menghidupkan Bibi Wara Sembadra dan menangkap Uwa Burisrawa bersama saya”.

Kresna, Arjuna, Srikandi merasa senang sebab Sembadra telah pulang dalam keadaan sehat. Selain itu ternyata hadir Antareja yang ternyata sangat sakti, bahkan bisa menghidupkan orang yang telah mati.
” Kakanda Kresna, aku minta keadilan. Apakah hukuman yang pantas untuk Kakang Burisrawa yang telah berani mau merusak pagar ayu adikmu ini?”, tanya Sembadra kepada Kresna, beberapa saat kemudian.

” Harus dihukum seberat-beratnya”, beberapa orang bergumam.
” Ampun Kakanda Kresna, hamba ini kan tidak membunuh Sembadra, dia sendiri yang menubruk keris yang saya pegang, jadi dia bukan saya bunuh, tetapi bunuh diri”, kata Burisrawa membela diri.

” Kakang Burisrawa!”, kata Srikandi menyela.
” Apa yang terjadi jika Kanda Sembadra tidak bunuh diri? Bukankah lebih mengerikan dibanding mati? Jangan asal bicara, kami semua tahu maksud kedatanganmu di malam itu”, sambungnya.
” Kakanda Kresna tolong dihukum se-berat2nya, kalau perlu hukuman gantung”, katanya kepada Kresna.

” Ya ya ya. Srikandi, Sembadra, Gatutkaca, Antasena dan semua yang hadir di sini, wah jadi repot ini memutuskan yang seadil-adilnya”, kata Kresna. Yang lain semua mendengarkan dengan seksama.
” Sebelum saya memutuskan, saya ingin mendengar dari yang punya Sembadra, yaitu Arjuna sebagai suaminya. Dinda Arjuna”, katanya kemudian kepada Arjuna.
” Hukuman apa yang pantas untuk Dinda Burisrawa?”, tanyanya.

Semua orang memandang Arjuna.
Arjuna yang tidak menyangka akan ditanya seperti itu menjadi kaget. Kemudian dia berfikir keras, hukuman apa yang pantas untuk Burisrawa. Sebagai seoang kesatria dia ingin berlaku adil. Hal yang memberatkan Burisrawa adalah dia telah membunuh Sembadra,

 

Bahkan jika Sembadra tidak bunuh diri, mungkin nasibnya malah akan lebih mengenaskan. Hukuman gantung sangat pantas untuk Burtisrawa. Hal yang meringankan, ternyata Sembadra masih hidup dan tak kurang suatu apa. Maka hukuman bisa lebih ringan, mungkin cukup hukuman kurungan selama sekian tahun.

Namun Arjuna yang saat itu masih relatif muda. Dia belum bisa mengendalikan perasaan sepenuhnya. Dalam peristiwa ini yang menjadi kurban adalah istri yang sangat dicintainya. Istri yang sangat lemah lembut dan membuatnya sangat tenang jika berada di sisinya.

 

Istri yang selalu menemani disaat susah dan senang. Istri yang selalu menyambutnya ketika pulang kerja. Istri yang selalu berbakti kepada suami, yang tidak pernah membantah apa kata suami, yang tidak akan keluar rumah tanpa seijin suami.

Maka pertimbangan pribadi kemudian mempengaruhi keputusannya. Burisrawa harus dihukum sangat berat. ” Bagaimana Dinda Arjuna, apa hukuman yang pantas untuk Dinda Burisrawa?”, tanya Kresna kembali. Semua tetap memandang ke arah Arjuna. Menunggu apa yang akan disampaikan.

Maka Arjuna lalu akan menyampaikan usulan hukumannya. Namun sebelum ada kata terucap, tiba-tiba ada suara nyaring dari arah pintu ruang besar itu.
” Kanda Kresna, hamba yang datang!”

Semua mata menoleh ke arah suara itu. Ke arah pintu ruang besar itu. Ke pintu aula itu. Di sana seorang wanita cantik sedang bergegas memasuki ruangan itu. ( Bersambung Jum’at depan …………. (Widartoks 2016; dari grup FB-ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close