Islam

Konsep Berkah (TA 174)

Do’a sebelum makan diajarkan, “Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami ……”, jadi rezeki makanan yang Allah sudah berikan dan sudah dihadapan mulut kita, tinggal memakannya, masih kita mohonkan berkahnya.

Berkah itu tidak kasat mata, namun menyertai makanan yang diberikan-Nya. Berkah, barokah, juga tidak tergantung kualitas atau harga atau banyaknya makanan. Bisa saja makanan yang sedikit, dari nasi hasil panen sendiri dengan lauk rebusan daun ubi jalar.

 

Dan sambal brambang asem yang manis dan pedas, nikmat enak, sehat, awet sampai malam nanti tidak lapar lagi. Dengan makanan yang sederhana itu, kualitas hidup meningkat dan bisa menjalankan ibadah dengan maksimal. Itulah makanan yang barokah.

Sebaliknya, makanan yang disantap di restoran mewah dengan harga yang mahal berupa kentang bakar yang dioven dalam bungkus aluminium foil, dengan lauk iga kambing muda yang diolesi butter, dibakar dengan arang kayu waru putih.

 

Dikucuri jeruk lemon dengan saus yang dimasak dengan minyak zaitun murni dan dibubuhi 10 biji tomat mini serta ditaburi black-pepper, bisa jadi tidak barokah, bila justru membikin sakit perut dan menaikan kolesterol dan gula darah.

Demikian juga, ilmu sedikit yang diperoleh, disebarkan dari sudut desa terpencil dibaca dan diamalkan oleh orang banyak yang mampu meningkatkan kualitas ibadah, bisa saja menjadi ilmu yang barokah. Dengan anjuran ilmu itu, shalat malam yang semula berat menjadi ringan.

 

Kaki yang semula enggan pergi subuh ke mushola, menjadi ringan bergegas melangkah ke masjid. Sebaliknya, sekalipun berilmu yang cukup namun tidak dijalankan pada jalan yang lurus, akan membawa petaka.

Banyak orang ditakdirkan Allah hidup didunia sebentar, namun manfaatnya sangat besar bagi orang banyak. Hidupnya barokah. Kualitas hidupnya ber-lipat2 dari orang yang berusia panjang. Dengan masa hidup singkat, ia bawa bekal lebih dari cukup untuk tempat yang terbaik di-akhirat. Masya Allah. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR

Do’a sebelum makan diajarkan, “Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami ……”, jadi rezeki makanan yang Allah sudah berikan dan sudah dihadapan mulut kita, tinggal memakannya, masih kita mohonkan berkahnya.

Berkah itu tidak kasat mata, namun menyertai makanan yang diberikan-Nya. Berkah, barokah, juga tidak tergantung kualitas atau harga atau banyaknya makanan. Bisa saja makanan yang sedikit, dari nasi hasil panen sendiri dengan lauk rebusan daun ubi jalar.

 

Dan sambal brambang asem yang manis dan pedas, nikmat enak, sehat, awet sampai malam nanti tidak lapar lagi. Dengan makanan yang sederhana itu, kualitas hidup meningkat dan bisa menjalankan ibadah dengan maksimal. Itulah makanan yang barokah.

Sebaliknya, makanan yang disantap di restoran mewah dengan harga yang mahal berupa kentang bakar yang dioven dalam bungkus aluminium foil, dengan lauk iga kambing muda yang diolesi butter, dibakar dengan arang kayu waru putih.

 

Dikucuri jeruk lemon dengan saus yang dimasak dengan minyak zaitun murni dan dibubuhi 10 biji tomat mini serta ditaburi black-pepper, bisa jadi tidak barokah, bila justru membikin sakit perut dan menaikan kolesterol dan gula darah.

Demikian juga, ilmu sedikit yang diperoleh, disebarkan dari sudut desa terpencil dibaca dan diamalkan oleh orang banyak yang mampu meningkatkan kualitas ibadah, bisa saja menjadi ilmu yang barokah. Dengan anjuran ilmu itu, shalat malam yang semula berat menjadi ringan.

 

Kaki yang semula enggan pergi subuh ke mushola, menjadi ringan bergegas melangkah ke masjid. Sebaliknya, sekalipun berilmu yang cukup namun tidak dijalankan pada jalan yang lurus, akan membawa petaka.

Banyak orang ditakdirkan Allah hidup didunia sebentar, namun manfaatnya sangat besar bagi orang banyak. Hidupnya barokah. Kualitas hidupnya ber-lipat2 dari orang yang berusia panjang. Dengan masa hidup singkat, ia bawa bekal lebih dari cukup untuk tempat yang terbaik di-akhirat. Masya Allah. (Sadhono Hadi; dari grup FB ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close