Kesehatan

Tinggi Protein-makanan tak ideal bagi dewasa

Jakarta-Anak butuh banyak makanan berprotein untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Juga yang ingin bisa langsing, diet tinggi protein diklaim ampuh mencapai target ini. Pola makan berprotein tinggi tidak disarankan usia di atas 50 tahun, utamanya wanita. Mengapa?

Hasil penelitian yang dipresentasikan di pertemuan tahunan American Heart Association baru2 ini menyebutkan, wanita paruh baya yang mengonsumsi makanan tinggi protein berpeluang terserang gagal jantung. Apalagi jika sumber proteinnya datang dari daging atau protein hewani.

Kesimpulan Peneliti setelah mengamati asupan protein harian dari 103.878 wanita 50-79 tahun dalam kurun 1993-1998. Data tentang asupan harian partisipan, hasil pelaporan mandiri, sehingga dianggap kurang akurat. Untuk itu peneliti juga menggunakan data biomarker untuk menentukan jumlah asupan berprotein yang dikonsumsi partisipan.

Di awal studi peneliti juga mencatat tidak ada satupun partisipan yang mengidap gagal jantung. Namun hingga 2005 tercatat 1.700 orang dilaporkan mengalami gagal jantung.

“Ada kenaikan kejadian gagal jantung yang signifikan seiring bertambahnya total asupan protein mereka,” ungkap Dr Mohamad Barbour, ketua tim peneliti yang ahli penyakit dalam dari Alpert Medical School of Brown University dan Memorial Hospital of Rhode Island.

Peneliti mencatat risiko gagal jantung akibat konsumsi tinggi protein pada usia paruh baya mencapai 2x  lipat. Seperti dilaporkan CNN. Peneliti tidak menemukan risiko gagal jantung pada partisipan yang mengasup protein dari tumbuhan atau protein nabati. Malah terlihat adanya penurunan risiko.

Barbour menjelaskan, kondisi ini bisa jadi muncul karena mekanisme molekuler dari protein hewani. Protein dari hewan dapat berubah menjadi molekul2 toksik yang mempengaruhi fungsi jantung dan lama-kelamaan berakibat kegagalan organ. Asupan dari protein hewani menaikkan BMI (indeks massa tubuh) atau obesitas, yang tak lain faktor risiko lain dari gagal jantung.

Menanggapi studi ini, Dr Mingyang Song dari Massachusetts General Hospital dan Harvard TH Chan School of Public Health juga menemukan fakta senada dengan penelitian Barbour. Bahwasanya mengganti protein hewani dengan protein nabati dikaitkan dengan penurunan risiko kematian.

“Orang yang makan banyak protein nabati dan bergaya hidup yang lebih sehat, sehingga berimplikasi pada penurunan risiko gagal jantung, salah satunya,” tuturnya. (lll/vit; Rahma Lillahi Sativa; https://health.detik.com/read/2017/02/08/142704/3416874/763/pola-makan-tinggi-protein-yang-begini-tak-ideal-bagi-orang-dewasa)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close