IslamKristiani dan Hindu

Melayani dan toleransi ketika Sholat Ied

Contoh2 kerjasama dan tepo sliro antar warga, kelompok, dan golongan, baik diangkat sebagai contoh. Di bawah ini, saling melayani dan toleransi yang harmonis yang kongkrit di lapangan, antara pengurus Katedral dan pengurus Mesjid Istiqlal.

Saya sendiri pernah memarkir kendaraan beberapa kali di lapangan parkir Mesjid Istiqlal saat Misa di Katedral beberapa tahun lalu.  (APhD)-FR

Berikut berita dari suatu sumber :
Kabar baik. Bijak sekali jadwal Misa pada Minggu pagi tgl 25/6/2017 disesuaikan dgn jadwal Sholat Ied di Masjid Istiqlal. Saling membantu masalah parkir pada hari2 besar agama sudah lama dipraktekkan oleh Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang lokasinya seberangan jalan.

Cuma mau tanya sedikit mengenai istilah “sakral”. Apakah dapat/tepat disebut ini sebagai “pengumumnan sakral” dan “keputusan sakral”? (Dari : https://seword.com/sosbud/pengumuman-sakral-gereja-katedral-tiadakan-misa-pagi-ketika-istiqlal-gelar-salat-idul-fitri/)

Perubahan jadwal misa pada Minggu pagi tgl 25/6/17 demi memberikan kesempatan bagi ummat Muslim melaksanakan sholat Idul Fitri. (FB)

Kabar haru datang dari Gereja Katedral Jakarta (Santa Maria Diangkat Ke Surga, De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming). Pengurus Gereja Katedral, Jakarta Pusat, menaruh perhatian pada hari Idul Fitri pada hari Mingg 25/6/17 dalam kalender Masehi dan 1 Syawal 1438 dalam kalender Hijriyah.

Pengurus Gereja Katedral Jakarta memahami betul,  misa2 pagi pada Minggu, 25/6/17 bertepatan dengan Sholat Id pada Idul Fitri, dan karena itu dijadwal ulang misa2 Minggu pagi tgl itu. Romo Adi dalam sebuah rilis di Liputan6.com tgl 18/6/2017 membenarkan adanya kebijakan meniadakan beberapa misa pagi pada tanggal tsb.

“Untuk mendukung terlaksananya ibadah salat Idul Fitri, kami menjadwal ulang misa2 pada Minggu pagi. Yang biasanya mulai jam 06.00, 07.30, dan jam 09.00 menjadi jam 10.00 dan jam 12.00 WIB,” ujar Sekretaris Uskup Jakarta Romo Adi Prasojo saat dihubungi oleh Liputan6.com.

Dalam rilis tersebut Romo Adi mengatakan kebijakan itu diputuskan demi mendukung terselenggaranya sholat Idul Fitri di Masjid Istiqlal. Dia juga mengungkapkan langkah tersebut sebagai perwujudan sikap toleransi dan saling menghargai antar umat beragama.

Adi menjelaskan,  mereka ingin mewujudkan sikap bertetangga yang baik dan memberi contoh kepada masyarakat tentang toleransi dan menghargai perbedaan. Ini juga viral di media sosial ketika Keuskupan Agung Jakarta mengkonfirmasi perubahan jadwal misa pada Minggu pagi itu melalui akun FB.

 

Alasannya menyentuh nurani kita sebagai anak bangsa, yaitu halaman Katedral dipakai sebagai tempat parkir selama ummat Muslim melaksanakan sholat Idul Fitri di Masjid Istiqlal yang di seberang Katedral. Berikut ini pengumuman dari foto poster yang diunggah ke akun FB milik Keuskupan Agung Jakarta :

“Sehubungan dengan Hari Raya Idul Fitri dan Sholat Ied, halaman Gereja Katedral dipakai mendukung terlaksananya kegiatan saudara kita kaum Muslim. Maka jadwal misa Minggu, 25 Juni 2017 diubah menjadi : Pagi hari : Pkl.10.00 wib & 12.00 wib , Sore hari seperti biasa : Pkl. 17.00 wib & 19.00 wib.”

Ini contoh toleransi antarumat beragama yang patut diteladani oleh kita semua warga Indonesia. Saling toleransi antara pengurus Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal selalu terjadi tiap tahun. Gereja Katedral Jakarta selalu menyediakan tempat parkir bagi kendaraan umat Muslim yang akan mengikuti shalat Ied di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Keputusan Pengurus Gereja Katedral menunda jadwal misa paginya menandakan toleransi menjadi tradisi baik dan tetap dipertahankan. Ketika Lebaran tiba, halaman Gereja Katedral dibuka buat parkir kendaraan jamaah yang sholat Ied di Istiqlal. Begitu sebaliknya ketika Hari Raya Natal tiba.

Sejak 05.00 WIB, pintu gerbang gereja yang dibuka lebar dijadikan tempat parkir kendaraan jamaah jadi pandangan yang biasa ketika sholat Ied Idul Fitri di Masjid Istiqlal Jakarta. Bukan hanya buka pintu gerbang saja. Pengurus Gereja Katedral menyediakan sejumlah petugas keamanan untuk menjaga kendaraan2 yang terparkir di dalam areal gereja.

Saya melihat bahwa peran komunikasi dan sikap toleransi terjalin antar-pemuka agama sangat menjadi faktor penentu dalam menjaga Indonesia. Bukan malah pemuka agama yang cenderung menghasut! Jika pimpinan harmonis,  jemaah tentunya juga mengikuti.

Salah satu bentuk kerukunan ialah saat gereja berulang tahun, takmir masjid mengirim ucapan ulang tahun. Namun terkadang ada sebagian pemuka agama malah menganggapnya sebagai perbuatan yang melanggar aturan agama.

Di saat Indonesia kita sedang diuji oleh potensi perpecahan yang dihembuskan oleh gerakan-gerekan keras kepala maka semua pihak harus mengedepankan toleransi. Toleransi itu menandakan bahwa walau pun kita terdiri atas banyak suku ras golongan.

 

Kita saling menghormati dan menghargai, seperti keputusan sakral yang dikeluarkan oleh Pengurus Gerjea Katedral Jakarta ini. Mari Kita Jaga Indonesia Kita Dengan Menghargai Perbedaan Di Antara Kita. (APhD)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close