Pengalaman Anggota

Heboh STDI II (4) (ME 009)

Ketika berita presiden Bush turut campur dalam proyek STDI II tiba2 meledak, saya masih beberapa hari sebelumnya dilantik sebagai Deputy Kaprotel 3 bid-Adkug. Belum sempat pamitan teman2 Binprosis. Belum juga 3penuh membantu boss saya, pak Guntur Siregar, membangun kantor baru dari meubilair bekas, saya dipanggil pak Cacuk ke ruangannya di Cisanggarung.

Saya diminta beliau tiap pagi berkantor di ruangannya, sambil menunggu perkembangan. Pak Cacuk saat itu seperti jadi selebriti, tiap kemunculannya di Jakarta, selalu dirubung wartawan. Beliau minta disupply apapun info tentang STDI. Beliau juga pesan jangan sampai setitikpun ada berita mengenai proses ini bocor ke wartawan dan saya paham betul masalah yang super-sensitif itu.

Perkiraan pak Cacuk betul, belum sempat saya bebenah diruangan beliau, saya diperintahkan berangkat ke Jakarta, membawa berkas2 tender yang tidak sedikit itu. Beliau pesan, besok pagi harus sudah diruangan beliau lagi untuk laporan. Saya bergegas ke airport dan menggunakan Merpati, (pesawat Cassa) terbang ke Halim PK.

Begitulah, saya masuk kantor Menko Ekuin, Radius Prawiro. Kesan saya ruangan itu sederhana untuk ukuran Menko. Ruangan didominasi nuansa kayu warna cerah, putihnya jati Belanda. Kursi tunggunya, dari kayu ber-jok hijau, kecil, dan serasi. Berlengan dan nyaman diduduki. Perkiraan saya, pemilik ruang ini menyukai hal sederhana, praktis tanpa pernik2.

Saya diterima SekMenko, (lupa namanya), namun pernah ketemu di Depkeu. Beliau juga Komisaris Utama Hotel Borobudur, menawarkan berkantor dan menginap disana, namun sesuai pesan pak Cacuk saya harus berusaha pulang ke Bandung.

Ternyata setiap hari selama seminggu, saya harus bolak-balik Bandung Jakarta membawa berkas yang diperlukan pak Radius. Karena di ruang tunggu Menko tidak ada meja besar, kadang berkas itu harus dijejer di lantai berkarpet tebal.

 

Pak Radius tidak pernah lama, cenderung serius, tiap hari beliau hanya keluar sebentar, tanya ini itu dan kembali masuk kembali keruangannya. Terkadang pak Cacuk harus juga hadir menemani saya dan selalu menjadi kerubutan wartawan.

 

Dari ujung tangga diatas, saya geli sendiri, tidak ada satupun wartawan yang menghampiri dan mencari informasi ke saya, apakah kurang lihainya wartawan atau kepintaran saya menyamar sebagai office-boy. bersambung……….; (Sadhono Hadi; dari grup WA-BPTg)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close