TELKOMGrup dan SEKAR

Harbak Postel Ke-72 Digitalisasi Di Tengah Semrawut Kabel

Pada 27 Sept 1945, karyawan yang tergabung dalam AMPTT (Angkatan Muda Pos Telegraf dan Telepon) memberontak dan merebut Kantor Pusat PTT di Bandung dari tangan penjajah Jepang. Itulah tonggak sejarah Hari Bhakti (Harbak) Postel (sekarang Kominfo).

Banyak pejuang AMPTT gugur dalam mempertahankan kedaulatan telekomunikasi. Para pahlawan dan penyintas sejarah Postel tentu bangga menyimak tema Harbak Postel 2 tahun terakhir ini. Slogannya visioner, tentang “masyarakat digital”. Ya, digitalisasi; tapi sayang sekali abai terhadap kondisi sekitar basis infrastruktur dari informatika itu.

Ayo, coba lihat di depan mata dan di atas kepala kita. Di seantero kota, tiang telepon/ internet berjejer tak karuan. Ada yang nyender, ada yang doyong dan semua bebas merdeka bergerombol di sepanjang tepi jalan. Instalasi kabelnya apalagi. Gak ada sebutan lebih pantas selain semrawut, amburadul dan acak kadut.

Itukah sarana komunikasi internet multiprovider yang diharapkan membentuk masyarakat digital oleh Kemenkominfo? Estetika dan keindahan kota nyata2 kini terganggu oleh mutu instalasi dari belasan operator telekomunikasi. Tiangnya sempoyongan, kabel menggelayut kusut semrawut bahkan geloyoran sampai menyentuh pagar rumah.

Sesuai rancangan Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); target 2019 kita tuntasnya masalah kesenjangan digital Indonesia, implementasi Smart City di 514 Kab/Kota, dan pembangunan fasilitas internet di kecamatan2. Jadi, model broadband seperti apa yang akan terlahir bila makna dasar digitalisasi, yakni: sistematis, tertata dan maju, tidak terpenuhi?

Masyarakat sudah sumpek dengan kondisi perkabelan di kota. Pemkot juga dari dulu masih berwacana dan mumet mencari solusi pentanahannya.  Sebagai Administrator pemberi izin penyelenggaraan jasa telekomunikasi/internet/TV Kabel, sudah saatnya Kemenkominfo turun tangan dan ikut membina operator agar segera merapikan perkabelannya.

Dinas Pemkot pemberi izin instalasi juga jangan sungkan2 bertindak tegas. Tiru cara Satpol PP yang menggusur bangunan liar, atau Dishub yang menderek mobil  parkir sembarangan. Jadi, (maaf) beri beberapa kali peringatan, kalau jaringan masih semrawut potong saja kabelnya. Misalnya begitu.

Bila sampai 72 tahun merdeka, kita masih belum mampu memproduksi perangkat core telekomunikasi, bolehlah dimaklumi. Tapi kalau sekedar merapikan tiang dan kabel hitam yang bergelantungan itu belum becus, lantas bagaimana bangsa ini mau tinggal landas?

Kita pantang pesimis karena pekerjaan jaringan kabel sejatinya tidak hi-tech tapi lebih kepada high intention dan high regulation. Teori mana sih yang mengajarkan bahwa kita bisa menyalurkan informasi broadband melalui kabel yang awut-awutan?

Kita dukung tema Hari Bhakti Postel 2017 Kemenkominfo, “Bekerja Bersama Mewujudkan Masyarakat Digital”. Maka, di era kompetisi ini mari berkoordinasi, bergotong royong, akur dan saling sinergi antarsemua operator.

Hanya Kemenkominfo (d/h DepparPostel) yang relevan membangkitkan gerakan nasional pembenahan kabel telekomunikasi. “Digitalkan” dulu instalasi tiang dan kabel internet, maka dengan sendirinya proses digitalisasi dalam kehidupan masyarakat berlangsung secara ilmiah dan alamiah.

Dalam rangka Hari Bhakti Postel ini mari setulus hati bekerja bersama. Tradisi apel, mengheningkan cipta dan pidato guna mengenang jasa para pahlawan adalah ibadah. Tapi Chief, percayalah, masyarakat akan amat senang bila melihat kabel infokom bersih, rapi dan indah. Salam Indonesia.
(Garuda Sugardo; dulu ngurusin jarkab Telkom, sekarang Dewan TIK Nasional)

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close