Selingan

Embun Pagi-Dawam Rahardjo

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Muhammad Dawam Rahardjo telah tutup usia. Kita kehilangan seorang cendikiawan Muslim terkemuka yang kritis. Pemikiran tentang ekonomi Islam banyak jadi rujukan para peneliti muslim.

 

Pandangan Dawam mengenai system ekonomi Islam, yang berbeda dengan pemikir2 Islam lain seperti Sjarfruddin Prawiranegara (1911-1958) atau Sayyid Abu a—A’la al Madudi (1903-1979), (Dr.P.A.Rifai Hasan, 2015).

 

Dawam prihatin mengapa perkembangan dan kemakmuran ekonomi di sebagian besar negara Muslim tertinggal dibanding dengan negara2 Barat dan belahan Asia seperti Cina, Korea Selatan dan Jepang. Dalam Al Qur’an banyak didapat petunjuk ekonomi antara lain pemilikan pribadi, perdagangan, pencarian kekayaan dan keuntungan.

 

Pemikiran Dawam seolah menjadi embun pagi, penyejuk bagi para penjelajah yang mencari bentuk ekonomi Islam. Dawam memberikan solusi bagaimana menerapkan teori mikro dan makro perilaku yang dianggap Islami, seperti perilaku produksi, konsumsi dan distribusi pendapatan nasional.

 

Gagasannya mengenai Kode Etik Pengusaha Muslim (Arsitektur Ekonomi Islam, M.Dawam Rahardjo, Mizan, 2015), betul-betul merupakan konsep etika yang digali dari sumber utama Islam, Al Qur’an dan Al Hadits yang relevan dan bahkan menjadi pedoman yang teguh ditengah ekonomi liberal dan bisa diterapkan ditengah sistim kapitalis atau sosialis.

 

Konsepnya Etika Pengusaha Muslim bahkan bisa berdiri sejajar berdampingan konsep Good Corporate Governance yang awalnya dicetuskan oleh kelompok negara-negara barat yang tergabung dalam OECD. Konsep Dawam malahan memiliki akar yang lebih dalam dan telah teruji lebih dari 14 abad, sejak diturunkannya Al Qur’an.

 

Almarhum mengutip ayat Qur’an bahwa pada dasarnya semua manusia mengalami kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, senantiasa saling berwasiat untuk menegakkan kebenaran dan menjalani kesabaran.

 

Sebagai intelektual terkemuka, perjalanan hidupnya kadang juga berseberangan dengan pemikir lain atau mainstream, namun beliau menyadari itulah resiko seorang ilmuwan sejati, yang berpegang pada prinsip yang diyakini kebenarannya.

 

Kita, hanya mampu mengiringi kepergiannya dengan do’a semoga diampuni semua dosanya diterima semua amalnya. Semoga alam kuburnya, terang benderang penuh dengan cahaya dari ilmu yang diamalkan dan ditularkannya kepada ribuan anak didiknya. Aamiin. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN; 31/5/18)-FR

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Muhammad Dawam Rahardjo telah tutup usia. Kita kehilangan seorang cendikiawan Muslim terkemuka yang kritis. Pemikiran tentang ekonomi Islam banyak jadi rujukan para peneliti muslim.

 

Pandangan Dawam mengenai system ekonomi Islam, yang berbeda dengan pemikir2 Islam lain seperti Sjarfruddin Prawiranegara (1911-1958) atau Sayyid Abu a—A’la al Madudi (1903-1979), (Dr.P.A.Rifai Hasan, 2015).

 

Dawam prihatin mengapa perkembangan dan kemakmuran ekonomi di sebagian besar negara Muslim tertinggal dibanding dengan negara2 Barat dan belahan Asia seperti Cina, Korea Selatan dan Jepang. Dalam Al Qur’an banyak didapat petunjuk ekonomi antara lain pemilikan pribadi, perdagangan, pencarian kekayaan dan keuntungan.

 

Pemikiran Dawam seolah menjadi embun pagi, penyejuk bagi para penjelajah yang mencari bentuk ekonomi Islam. Dawam memberikan solusi bagaimana menerapkan teori mikro dan makro perilaku yang dianggap Islami, seperti perilaku produksi, konsumsi dan distribusi pendapatan nasional.

 

Gagasannya mengenai Kode Etik Pengusaha Muslim (Arsitektur Ekonomi Islam, M.Dawam Rahardjo, Mizan, 2015), betul-betul merupakan konsep etika yang digali dari sumber utama Islam, Al Qur’an dan Al Hadits yang relevan dan bahkan menjadi pedoman yang teguh ditengah ekonomi liberal dan bisa diterapkan ditengah sistim kapitalis atau sosialis.

 

Konsepnya Etika Pengusaha Muslim bahkan bisa berdiri sejajar berdampingan konsep Good Corporate Governance yang awalnya dicetuskan oleh kelompok negara-negara barat yang tergabung dalam OECD. Konsep Dawam malahan memiliki akar yang lebih dalam dan telah teruji lebih dari 14 abad, sejak diturunkannya Al Qur’an.

 

Almarhum mengutip ayat Qur’an bahwa pada dasarnya semua manusia mengalami kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, senantiasa saling berwasiat untuk menegakkan kebenaran dan menjalani kesabaran.

 

Sebagai intelektual terkemuka, perjalanan hidupnya kadang juga berseberangan dengan pemikir lain atau mainstream, namun beliau menyadari itulah resiko seorang ilmuwan sejati, yang berpegang pada prinsip yang diyakini kebenarannya.

 

Kita, hanya mampu mengiringi kepergiannya dengan do’a semoga diampuni semua dosanya diterima semua amalnya. Semoga alam kuburnya, terang benderang penuh dengan cahaya dari ilmu yang diamalkan dan ditularkannya kepada ribuan anak didiknya. Aamiin. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN; 31/5/18)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close