Psikologi

Hadiah Dari Sebuah Kejujuran

Usai sholat Dzuhur di masjid … saya beranjak hendak pulang. Di parkiran saya menghentikan langkah ketika terlihat ada sebuah tas tergolek di dekat kendaraan saya. Dengan hati-hati saya angkat tas itu. Sedikit agak berat. Tapi saya tidak tahu siapa pemilik tas ini.

 

Rasa penasaran, demi untuk tahu identitas pemiliknya, saya buka tas itu dan menemukan amplop besar dari nama sebuah bank. Saya baca juga ada nama dan alamatnya serta tulisan sejumlah uang. 5 tumpukan pecahan rp.100 ribu. Saya kaget. Antara bingung dan rasa amanah saya keluar dari parkiran masjid. Uang ini harus saya kembalikan ke pemiliknya.

 

Saya bergegas memacu mobil ke alamat di bungkusan uang itu. Ketika sampai, saya coba beri salam dan mengetuk pintu pagar rumah. Keluar laki2 yg sudah berumur berperawakan tinggi, berkulit putih cerah kearab-araban yang menanyakan mau ketemu siapa? Saya bertanya “Saya mau bertemu Bapak Haji Salim. Apakah ada?”

 

“Saya ini nama yang saudara cari. Ada apa ya?”

 

“Pak Haji tadi sholat di masjid Baiturrahmaan’ ?”, tanya saya.

“Ya. Betul”

“Pak Haji tadi bawa apa ketika sholat?”

 

Laki-laki itu menjawab, “Astaghfirullah.. iya saya bawa tas coklat dan dari tadi saya mencarinya.. Saya lupa divmana nyimpannya.” Pandangannya kevarah saya penuh selidik.

Saya kembali ke mobil dan mengeluarkan tas yang tadi diketemukan di masjid. “Tas yang ini bukan pak?”

“Ya yang itu. Aduh Alhamdulillaah. terima kasih nak.tadi, bapak baru ambil uang di Bank .”

 

“Maaf demi untuk mencari pemiliknya terpaksa saya melihat isinya, pak..”

Saya serahkan tas itu dan minta diri untuk pulang.

Tapi saya ditahan pak Haji Salim, “Tunggu nak, ada yang ingin bapak sampaikan padamu sebagai rasa terima kasih bapak.”

 

Pak Salim lalu memanggil nama seorang wanita. Tidak lama kemudian muncul seorang wanita cantik berhijab, tersenyum ramah padaku. Masya Allah. hati ini mulai berdetak kencang. “Nak ini anak saya. Dia belum menikah. Dia janji akan menikah dengan laki2 yang baik, jujur seperti kamu.”

 

Saya kaget. Dengan tergagap saya berkata, “Maaf pak, saya sudah beristri, malah cucu saya sudah lima. Dan saya kan harus bilang dulu ke istri saya tentang rencana bapak ini.”

Pak Salim senyum, dia tanya dengan sabarnya “Tenang nak, bapak nanti yang minta izin ke istrimu. Ada no hpnya?”

 

Saya mengangguk lalu memberikan no hp tsb. Pak Haji Salim mencatat nomor HP saya dan langsung menelpon ke istri saya. Tubuh saya tiba2 gemetar saking gemetarnya sampai seperti di-guncang2 apalagi saat telpon diberikan kepada saya, katanya istri saya mau bicara, lalu terdengarlah suara istri saya sambil meng-goyang2 tubuh saya…

 

Pa bangun pa. Tolong angkat Gallon Aqua…!

Pesan moral : jangan tidur siang terlalu lama (Muchtar Af; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close