Cermin bisnis Anggota

Shibori Ikat Celup dan Aku Cinta Produk Pepeng-Workshop di Semarang(2/2)

(harianBernas.com)- Adanya upaya pelestarian kerajinan Shibori

Memiliki nasib yang hampir sama dengan kerajinan2 dan kesenian tradisional di berbagai negara. Kerajinan shibori bisa dibilang seperti terlupakan. Pengrajin shibori mengalami penyusutan karena tak punya penerusnya.

 

Tapi ada sentra2 indusri kerajinan berusaha melestarikan kerajinan ini. Dari Kyoto, keluarga Yoshioka selalu mengenalkan shibori ke masyarakat Jepang dan dunia melalui Kyoto Shibori Museum sekitar 15 tahun lalu. Berdasar penuturan Kenji, keluarga Yoshioka menggeluti shibori lebih dari 75 tahun dalam membuat kimono berteknik shibori.

 

Awalnya keluarga Yoshioka punya toko tapi mereka berpikir jika dengan cara ini maka shibori tak berkembang  sehingga berdirilah museum. Kyoto Shibori Museum memperlihatkan teknik2 shibori dan  dirawat dengan baik oleh keluarga ini turun temurun. Kini, Yoshioka Kenji bersama sang anak yang bernama Yoshioka Nobumasa merawat museum itu.

 

Sebagian besar isi museum yang dekat dengan Kastil Nijo (Kastil yang pernah didiami Tokugawa Ieyasu, yakni Shogun di masa Edo di 1868) adalah kimono. Bahkan di kastil ini terdapat kimono terbesar dan terpanjang yang pernah dibuat memakai berbagai teknik shibori.

 

Cara lain untuk mencegah kepunahan kerajinan shibori ialah museum sebagai tempat workshop untuk anak Sekolah Dasar (SD) supaya bisa menjaga agar tiap generasi mau mengenal kerajinan ini. Selain itu, museum sering sekali membuka pelatihan teknik tie dye ke masyarakat luas.

 

Keluarga Yoshioka berpendapat jika kerajinan teknik shibori harus dikenal oleh usia muda hingga tua sehingga semua generasi akan dapat mengenalnya. “Dari sinilah, teknik yang telah sanggup bertahan selama 1300 tahun ini dapat tetap terjaga dan bertahan di tahun depan.” Ucap Kenji.

 

Kini terdapat  40 pengrajin shibori yang telah mendukung museum supaya dapat menghasilkan berbagai benda untuk dapat dipamerkan atau dijual. Selama beberapa tahun terakhir ini bukan hanya kain kimono saja tapi benda2 lain seperti T-Shirt, selendang, gantungan kunci, dompet dan banyak lagi.

 

Di museum ini bukan hanya jual kimono berharga fantastis hingga ratusan juta tapi juga jual barang2 se-hari2 yang murah. Mereka merangkul berbagai kalangan. Hebatnya, museum ini tak pernah sepi dari pengunjung. Selain warga Jepang, banyak wisatawan luar negeri sengaja ke museum ini.

 

Diharapkan adanya Kyoto Shibori Museum, suatu saat teknik celup ikat celup ini diakui sebagai warisan dunia layaknya batik dari Indonesia. Bahkan di (2014), Keluarga Yoshioka kali pertama keluar dari negaranya dan memperkenalkan shibori Jepang ke masyarakat luar. Indonesia terpilih jadi negara yang mereka kunjungi.

 

Bekerja sama dengan Museum Tekstil di Jakarta, mengadakan pameran, workshop teknik tie dye khas Jepang ke masyarakat Indonesia. Keluarga Yoshioka mengaku bangga bisa datang ke Indonesia dan memperkenalkan shibori jadi salah satu teknik di dunia.

 

Dari sinilah mereka berharap jika masyarakat Jepang bisa bangga karena teknik asli Jepang ini telah diakui oleh negara lain. (Bahan dari : https://www.bernas.id/24747-shibori-ikat-celup-jepang-yang-tetap-diminati-sepanjang-masa.html)-FR

 

*** Ayo ikuti Workshopnya bagian dari Ikut mengembangkan teknik Shibori

Mari kita isi kesempatan ini untuk meningkatkan Hobi menjadi Bisnis yang Mandiri dan menyenangkan.

Diselenggarakan pada :

 

Hari Sabtu; tanggal 18 Agustus 2018; Waktu pukul 09.00 sampai 16.00

Tempat TReg IV Jl. Pahlawan No. 10 Semarang

Investasi Rp 350.000

Silahkan Transfer ke Bank BNI : 21111 94994 an Pan Supandi

Pendaftaran ke Ida Tejawani 0811 218 936

 

Fasilitas :

*Peralatan;

*Sertifikat

*Luncch Box

*Bahan Praktek

*Hand Out

*Snack Box (Pan Supandi)-FR

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Lihat Juga
Close
Back to top button
Close
Close