Opini dan sukses bisnis

Batik Warna Alam Penuh Filosofi(2/2)

(ekbis.sindonews.com)-Hingga saat ini, karyanya telah diapresiasi di sejumlah negara seperti Korea, Australia, Malaysia, Singapura, dan sejumlah negara di Eropa. Batik dengan pewarna alam lebih dihargai di negara2 itu. “Eropa tidak mau sintetis, maunya warna alam” kata dia.


Dengan idealismenya ini, produk yang dihasilkan tidak selalu mengikuti keinginan pasar. Tapi, ia yakin, konsistensi ini jadi ciri khas produk Alam Batik. Selain itu, produknya ekslusif bagi pemiliknya.

“Orang bilang batik saya mahal, padahal saya jual tidak mahal. Toh tetap saja, berapa pun terjual, terbeli. Harga batik saya mulai harga Rp 450.000, ada yang sampai Rp 75 juta, Rp 250 juta,” ujar Ferry.

Batik berukuran 2,5 meter seharga Rp 250 juta itu pernah dibeli oleh seorang kolektor batik. Proses pembuatannya tak main-main, memakan waktu 2 tahun hingga dua tahun karena merupakan pesanan khusus.

“Saya tidak pasang harga. Ketika selesai, dikasih amplop, ternyata dia kasih Rp 250 juta. Jadi yang memberi harga adalah konsumen sendiri. Biasanya mereka yang tahu batik dan filosofinya” papar Ferry.

Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna

Ferry sosok yang tak pernah berhenti belajar dan terus memperluas jaringan. Berbagai kesempatan diikutinya untuk mengembangkan Alam Batik. Salah satunya, bergabung dengan SETC.

SETC ini  dikenalnya 2007, melalui usaha batik orangtuanya, Dinar Agung. Pada 2009, setelah memiliki usaha, Ferry memberdayakan diri di SETC di bawah bendera Alam Batik. Sejak itu, bisnisnya cukup pesat.

“Perkembangannya luar biasa. Banyak kegiatan expo seperti ini peluang besar untuk kami. Penting untuk campaign. Expo tidak hanya untuk jualan, tapi juga memperkenalkan ke masyarakat,” kata dia.

Kesempatan ikut pameran yang diselenggarakan SETC, jadi kesempatan besar baginya memperkenalkan produknya. Alasannya, hingga kini ia tak memasarkan produknya secara online.

“Saya ingin pembeli atau calon konsumen melihat, pegang batik karya saya. Dari situ, dia merasakan keistimewaannya. Maka, kesempatan mengikuti expo, jadi kesempatan besar buat saya. Saya jualannya masih konvensional, belum online,” kata Ferry.

Selain ikut expo, UKM binaan Sampoerna juga mendapat kesempatan ikut pelatihan terkait peningkatan kualitas produk dan packaging. Pengetahuan mengenai ini, bermanfaat bagi pengembangan bisnisnya.

Ke depannya, ia harap, akan ada pelatihan dan pendampingan pembuatan situs web untuk memperluas pasar UKM binaan. Ferry juga mengungkapkan, ia kini kerap jadi mentor pelatihan membatik dengan pewarna alam yang diselenggarakan oleh Sampoerna melalui SETC.

Tantangan dan Impian

Membangun usaha pasti ada tantangannya, juga bagi Ferry. Persoalan bahan baku tak jadi persoalan. Namun, tantangannya mencari sumber daya manusia (SDM) pembatik. Di Pasuruan, hal ini tantangan tersendiri karena sebagian besar, generasi muda, memilih kerja di pabrik.

“Apalagi Pasuruan. Pabrik banyak, jadi pencarian tenaga kerja berat. Kenapa saya terlambat produksi, karena hambatan tenaga kerja, bukan bahan baku,” kata dia.

15 pembatik yang telah didik adalah remaja putus sekolah. Prosesnya tak mudah agar mereka mau dididik jadi pembatik. Imbalan layak itu komitmen yang diberikan Ferry agar kehidupan pembatik muda ini terjamin kesejahteraannya.

Impian Ferry mengikutkan pembatik didikannya di pelatihan2 SETC, seperti yang pernah dijalaninya. Tujuannya, melatih kemandirian. Ia tak mempersoalkan jika mereka dibina lalu berdikari.  “Anak2 muda ini diberi kesempatan untuk mendapat pelatihan-pelatihan untuk membentuk kemandirian,” ujar Ferry.

Ia juga ingin merangkul lagi remaja putus sekolah atau kelompok marjinal dilatih jadi pembatik. “Mereka yang punya ijazah tidak susah (cari kerja). Saya merangkul anak putus sekolah untuk mengerjakan batik di rumah. Saya ingin lebih banyak anak2 yang demikian. Tapi saya tidak bisa melakukan sendiri, harus ada partner,” kata Ferry. (akn; Bahan dari : SindoNews dan https://ekbis.sindonews.com/read/1384201/34/batik-warna-alam-penuh-filosofi-1551787386)-FatchurR * Tamat………

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close