Selingan

Al Haytham Cerdas Semenjak Kecil

(republika.co.id)-JAKARTA; Sejak kecil, al-Haytham dikenal cerdas. Pendidikan pertamanya di tanah kelahirannya, Basra. Beranjak dewasa, ia berkariernya sebagai pegawai pemerintah di Basra. Setelah beberapa lama sebagai pegawai pemerintah, ia putuskan menimba ilmu ke Ahwaz dan Baghdad.

 

Kecintaannya pada iptek membawanya terdampar hingga ke Mesir. Di Mesir, ia berkesempatan melakukan kerja penelitian2 mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin buku2 mengenai matematika dan ilmu falak. Al-Haytham berhasil menempuh pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan Kekhalifahan Fatimiyah.

 

Secara otodidak, ia pelajari hingga menguasai beragam disiplin ilmu, seperti ilmu falak, matematika, geometri, kedokteran, fisika, dan filsafat. Al-Haytham juga dikenal sebagai ilmuwan yang suka meneliti.

 

Di laboratorium yang sederhana namun lengkap di Basra, dia lakukan penelitian2 untuk menetapkan sudut pandang dan sudut pantul, pembelokan cahaya dalam air dan kaca, serta berbagai posisi bayangan di atas cermin datar, cembung, dan cekung.

 

Lewat penelitian2 itu, dia letakkan dasar2 pembuatan lensa kamera. Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itu mendasari kinerja kamera yang kini digunakan manusia. Teori yang ditemukanya telah mengilhami penemuan film yang di-sambung2, dimainkan, dan disa jikan kepada para penonton

 

Penemuan lain tentang sifat mata, yaitu sinar cahaya bergerak mulai dari objek dan berjalan ke mata. Benda terlihat karena ia memantulkan sinar ke mata. Retina mata tempat penglihatan dan bukan yang mengeluarkan cahaya. Teori yang dilahirkan mematahkan teori penglihatan dari dua ilmuwan Yunani : Euclides dan Ptolemeus, ber-abad sebelumnya, bahwa benda terlihat karena memancarkan cahaya.

 

Al-Haytham dikenal teliti dan hati2. Secara serius dia kaji dan pelajari seluk-beluk ilmu optik. Beragam teori tentang ilmu optik dilahirkan dan dicetuskannya. Ia mencetuskan teori macam2 fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan pelangi. Ia mencetuskan teori lensa pembesar. Teori itu digunakan para saintis di Italia untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia.

 

Dia orang pertama yang menulis dan menemukan data penting mengenai cahaya. Konon, dia menulis tak kurang dari 200 judul buku. Buku yang berjudul Kitabul Manazir memberi ilham bagi perkembangan ilmu optik di masa2 kemudian. Al-Haytham ditahbiskan sebagai ilmuwan optik terkemuka dalam sejarah, sejajar dengan Ptolemeus dan Witelo yang menjadi perintis ilmu optik dunia.

 

Bradley Steffens, penulis buku Ibnu al-Haytham: First Scientist, menyatakan, di Barat al-Haytham dikenal sebagai Alhazen. Dia dijuluki Bapak Ilmu Eksperimental yang telah melahirkan begitu banyak pemahaman di alam semesta.

 

Steffens mengatakan, al-Haytham sebagaimana ilmuwan Muslim lain tidak hanya mengumpulkan dan menerjemahkan karya2 budaya lain, tapi juga menyerap materi dan mengolah dengan kemampuan intelegensianya. Tak hanya mengandalkan kemamuan berpikir, mereka tak pernah meninggalkan sisi keimanan dan ketakwannya kepada Sang Pencipta.

 

Hal ini ditunjukkan dengan kebiasaan al-Haytham yang mendalami teologi, Alquran, hadis, dan hukum Islam. Al-Haytham digambarkan menyukai ilmu filsafat. Jelang akhir hayatnya, al-Haytham mengajar di Suriah dan menuliskan karyanya dalam manuskrip. Setidaknya, menurut dokumentasi Ibnu Abi Usaybi’ah, terdapat 182 judul manuskrip.

 

Semua di tulis saat al-Haytham menetap di Basra dan Kairo. Yang menyedihkan, setelah kematian al-Haytham, banyak karyanya hilang dan kontribusi keilmuannya diklaim ilmuwan Eropa. (Red : Agung Sasongko; Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/prrdfk313/alhaytham-cerdas-sejak-kecil)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close