Islam

Asal Tinta Di Dunia Islam

(republika.co.id)-JAKARTA; Tinta dan zat warna adalah bahan penting untuk menopang aktivitas keilmuan dan seni. Karena itu, umat Muslim pada zaman kekhalifahan memberi perhatian khusus pada ketersediaan tinta dan zat warna.

 

Perkembangan industri tinta dan zat warna direkam khusus oleh al-Muzz Ibnu Badis (wafat 416 H/1025 H) dalam bukunya bertajuk Umdat Al-Kuttab (Keahlian Menulis dan Peralatan Orang2 Arif). Will Kwiatkowski dalam bukunya “berjudul Ink and Gold: Islamic Calligraphy menuturkan, produksi tinta di dunia Islam telah dimulai 1.000 tahun lalu. Masa itu, tinta untuk menulis kaligrafi.

 

Produksi tinta sama pesatnya dengan pencapaian dunia Islam di bidang seni kaligrafi. Produksi tinta berkembang di setiap kekhalifahan, seperti Abbasiyah (749-1258), Seljuk (1055-1243), Safawiyah (1520-1736), dan Mughal (1526-1857).

 

Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya “Islamic Technology: An Ilustrated History” mengungkapkan, era kejayaannya, peradaban Muslim mampu memproduksi tinta hitam. Pada masa itu, ada 2 tipe utama tinta permanen. Pertama, tinta permanen yang dihasilkan dari partikel2 halus karbon, kedua tinta hitam yang berasal dari besi tanat.

 

Di bukunya “Keahlian Menulis dan Peralatan Orang-Orang Arif”, Ibnu Badis mengungkap keberhasilan umat Islam dalam memproduksi tinta berwarna, cat minyak, dan pernis. Zat warna seperti ini digunakan dengan pena atau sikat dan digunakan untuk menulis, melukis miniatur pada kertas, kulit, kayu, dan permukaan-permukaan lain.

 

Ibnu Badis, seperti dikutip al-Hassan dan Hill, memaparkan, pewarna hitam berasal dari karbon yang diperoleh dari jelaga lampu atau arang khusus seperti yang diterangkan sebelumnya. “Pewarna putih dihasilkan dari timah (isfidaj), bahkan terkadang dicampur dengan putih tulang,” paparnya.

 

Lalu, bagaimana dengan pewarna merah? Menurut al-Hassan dan Hill, pewarna merah di dunia Islam terdapat dalam berbagai nuansa. Unsur pokoknya adalah cinabar (zanifar), kristal merkuri sulfida dan timah merah (isribj), kadang juga digunakan lempung batu besi yang mengandung lapisan merah.

 

Menurut al-Hassan dan Hill, pewarna biru didapat dari mineral lapis lazuli. Selain itu, azurit (suatu bentuk tembaga karbonat) dan indigo juga digunakan sebagai pewarna biru. Pewarna hijau diperoleh dari verdigris tembaga karbonat basa (zinjar) dan dari mineral malasit.

 

Untuk nuansa hijau yang lain, termasuk warna tanaman, dibuat dengan mencampur berbagai zat warna. (Agung Sasongko;  Bahan dari : https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/psd4pr313/asal-mula-tinta-di-dunia-islam )-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close