Aku cinta Indonesia

BUMN-Badan Usaha Milik Nenek Lu?

Ceuk urang Sunda teh, aya-aya wae hereuyna (ade-ade aje candaannye) Kang Erick Thohir. Wakakaak.

Jangan salah, Menteri BUMN bicara seperti itu karena ia menengarai di sementara BUMN terjadi kejanggalan dalam pengelolaan.

 

Ia tak jemu-jemu mengingatkan agar para pejabat tidak seenak seleranya menjalankan roda perusahaan. Terlebih runyamnya, di antara publik sudah terlanjur tumbuh persepsi BUMN adalah ladang bancakan.

 

Tidak mudah membuktikan adanya KKN di perusahaan “milik nenek lu” itu. Para pelakunya kekuatan yang tidak bepenampakan. Permainan mereka senyap -maaf- laksana kentut, hanya baunya yang terendus; tapi dari pantat siapa gas buang itu berhembus, itu adalah “rahasia perusahaan”.

 

Soal perbancakan di BUMN (atau anak perusahaannya), sejatinya negara tidak boleh kalah. Kita percaya, banyak BUMN yang tidak terkontaminasi. Tapi, masalahnya di kegiatan sehari-hari, karyawan dan umum “sudah amat tahu”, jengah dan heran tentang isu pelbagai KKN di sekitarnya.

 

Wow, lengkap pula tentang oknum pelakunya siapa, barangnya apa, dan sebagainya. Ya itulah gosip, bunga kehidupan masyarakat modern.

 

Nah, dalam rangka “bersih-bersih akhlak” di lingkungan BUMN, menegakkan _good corporate governance_ dan saling menjaga nama baik, alangkah indahnya kalau Kemen-BUMN menelusuri dan melakukan _(post)_ audit. Jangan ada dusta apalagi fitnah di antara sesama. Harus adil buat semua.

 

KKN tidak mungkin terjadi tanpa kesengajaan. Hanya saja, permainan itu biasanya dirancang secara apik dan sistemik. Yang diatur bukan hanya prosesnya, tetapi utamanya adalah bagaimana “menghipnotis” otak kiri dari para oknum pejabatnya.

 

Kalau sudah kena, maka proyek dan jabatan dapat diatur sesuai pesanan. Jaringan ini bisa melebar dan pastinya berlapis-lapis. Begitulah modus mafia ala wani piro bekerja.

 

Gusti Allah mboten sare dan dunia terus berputar. Gelagat pejabat terlibat dalam rekayasa pengaturan, sebenarnya gampang dibaca. Kebijakannya kelihatan berpihak dan ngawur, sehingga menjadi obyek gunjingan karyawan. Di era sekarang, di mana ET secara terbuka memberi sinyal peringatan, barulah mereka pada blingsatan.

 

Kita bersyukur, Menteri Erick Thohir punya nawaitu yang baik. Kita juga berharap ia jangan kagok -misalnya- bila dalam aksi bersih-bersih dan pelaksanaan “revolusi akhlak”nya, akhirnya mentok sana, mentok sini. Eh, ternyata mainan si Fulan. Oh, rupanya garapan si Sohiby. Mungkin saja, kan? 🤷‍♂

Konsisten. Layar telah terkembang, pelaut berpantang kembali pulang.

 

BUMN adalah institusi strategis. Selain mencari laba, tupoksinya adalah sebagai agen pembangunan dan motor penggerak ekonomi Indonesia. Karenanya, dalam pengelolaannya diperlukan kriteria kompetensi dan integritas; termasuk etika perilaku (akhlak) yang terpuji.

 

Di antara suasana penyegaran beberapa Pengurus BUMN, mari dukung Menterinya agar tetap tegar membangun kultur Bersih, Transparan dan Profesional (BTP), karena pernyataan beliau 1000% benar, bahwa BUMN bukanlah “Badan Usaha Milik Nenek Lu!”.

 

Oh iya, nenek _gua_ kirim salam. Salam Indonesia!

(Garuda Sugardo, IPU/Majelis Kehormatan Etik PII; Wantiknas)-FR.

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close