Kesehatan

Kan Daerah Saya Belum Terkena Wabah Virus Corona

(netralnews.com)-JAKARTA; Sejak diberlakukan lockdown di Italia tidak seluruh warga negara patuh.  Padahal pemerintahnya cepat ambil keputusan, tapi karena rakyatnya ‘bandel’, situasi terus memburuk. Apa yang terjadi di sana? Apa yang bisa kita contoh agar tidak terulang di sini?

 

Satria Hadi Lubis, membagikan pengalamanya berada di Italia, “Rangkuman ini berasal dari tulisan orang Italia di re-edit. Dipersingkat dan dilengkapi data agar mudah dipahami” Dia bagikan dalam WAG.

 

Tahap-1.

Kasus pertama diumumkan. “Ah itu cuma flu, apa pentingnya pake masker? Orang ini lebay. Saya kan sehat, gak bakal ketularan. Gak perlu panik.”

 

Tahap-2

Jumlah positif corona mulai signifikan. 75 orang. 22/2/20 beberapa kota kecil dikarantina. “Ah cuma beberapa yang kena. Yang matipun orang tua, emang udah punya penyakit. Hidup seperti biasa aja lah, pacaran, nongkrong bareng temen, jalan ke mal tetep lanjut.”

 

Tahap 3.

Jumlah kasus meningkat cepat. Berlipat ganda dalam 1 hari. Kematian bertambah. 7/3/20, 5.067 kasus positif, zona merah diberlakukan. Wilayah yang dikarantina 25% dari luas italia. Sekolah dan universitas tutup. Tapi tempat kerja, bar dan resoran dll masih buka.

 

Lalu, 10 ribu orang kabur dari zona merah sebelum resmi di berlakukan. Ini memperburuk situasi. Dan 75% wilayah lain menganggap enteng. Anjuran cuci tangan dimana-mana. Tak banyak yang melakukan.

 

Tahap-4

Jumlah kasus sangat meningkat. Sekolah dan universitas ditutup setidaknya sebulan. Darurat nasional berlaku. RS menambah kapasitas, seluruh kamar dibersihkan untuk ruang pasien coronavirus. Tapi tidak ada cukup dokter dan perawat.

 

Para pensiunan dan mahasiswa kedokteran tingkat akhir dipanggil. Bekerja sebisanya. Dokter dan perawat mulai terinfeksi, lalu menyebarkannya ke keluarga mereka. Ada banyak kasus pneumonia, terlalu banyak pasien perlu ICU, tapi ruangannya habis. Ventilator habis.

 

Pada titik ini  kondisi dalam perang: dokter harus memilih yang akan diobati berdasar peluang bertahan hidup. Itu berarti pasien lansia dan punya penyakit bawaan seperti hipertensi/stroke tidak masuk prioritas. Orang mati karena tidak ada ruang lagi.

 

Dokter menyerah, tiap hari membiarkan sampai 3 orang mati karena gak ada alat dan ruangan. Suster menangis karena cuma bisa memberikan oksigen pada mereka yang sekarat. Chaos. Sistem layanan kesehatan runtuh

 

TAHAP-5.

Ingat 10 ribu orang idiot yang lari dari zona merah ke seluruh Italia? Iya, mereka menyebarkan corona ke 75% wilayah yang sebelumnya relative aman. 9/33/20, 9.172 kasus. Seluruh negara red zone. Lockdoown. Orang hanya dapat pergi bekerja, berbelanja bahan makanan, pergi ke apotek. Semua bisnis dibuka karena jika tidak ekonomi akan runtuh, itu kebijakan pemerntah.

 

Mulai ada ketakutan. Orang mulai memakai masker dan sarung tangan. Tapi tetap saja ada anak-anak muda yang merasa jagoan. Pergi ke restoran rame-rame, hangout bareng, minum2 dsb.

 

TAHAP-6:

2 hari kemudian, pemerintah Italia berubah pikiran. Semua bisnis ditutup: Bar, restoran, pusat perbelanjaan, semua jenis toko, dll. Kecuali supermarket dan apotek.

 

Penyebabnya karena sehari yang positif bertambah 2.313 kasus. Total 12.423 penderita. Penduduk yang mau keluar rumah harus dapat surat ijin. Pos pemeriksaan polisi disebar di berbagai lingkungan. Yang melanggar kena denda 3,3jt. Pasien positif yang tidak mau mengkarantina diri dituntut dengan pasal pembunuhan. Hukuman 1-12 tahun penjara.

 

Pemerintah yang ambil kebijakan setegas itu, Italia tetap jadi negara dengan fatality rate corona tertinggi di dunia. 7.3%. Bandingkan Cina yang cuma 3,4%. Dan hari minggu (15/3) Italia mencatatkan rekor jumlah kematian 368 dalam sehari. Totalnya 1.809 wafat. Tertinggi kedua setelah Cina.

 

Sebagai gambaran, luas Italia itu kurang lebih 2x Pulau Jawa Penduduknya 64 juta, sementara penduduk Jawa 150 juta. Di Italia 22/3/20 jumlah positif corona 75 orang, 22 hari kemudian (15/3) jumlahnya jadi 24.747 orang,

 

Di Indonesia 18/5 ada 227 positif corona dan meningeal 19 orang. “ Entah berapa banyak jumlahnya seblan lagi. Sebagian Kita masih bandel dan menganggap remeh. Kita hanya bisa berharap yang terbaik, sambil mewaspadai yang terburuk.”

 

Mulailah dari diri sendiri. Jaga kebersihan lalu isolasi diri dan keluarga. Tak keluar rumah kecuali penting. Batasi mengunjungi keluarga sepuh. Karena mereka paling rentan corona. Tapi kan saya nggak kerja kantoran. Kalau tidak kerja  dan tak makan,tidak  hidup?

 

Tapi Pak, kalo terpapar corona juga bahaya buat hidup bapak dan keluarga. Ini saatnya solidaritas. Yang mampu harus mulai membantu yang tidak mampu. Di Cina pemerintah menyediakan makanan untuk mereka yang mengisolasi diri. Semoga pemerintah kita mulai menyiapkan ini.

 

(Kiriman : Utomo Basuki; sumber : Sulha Handayani; Bahan dari : https://www.netralnews.com/peristiwa/read/206801/yuk-belajar-dari-italia-yang-lakukan-lockdown-duluan)-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close