Iptek dan Lingk. Hidup

Penjelasan Pakar Sejarah Bagaimana Pandemi Akan Berakhir(1/4)

(merdeka.com)- Kapan pandemi Covid-19 akan berakhir? Dan bagaimana?

Menurut sejarawan, akhir pandemi biasanya dilihat dari dua hal: medis, yang terjadi ketika insiden dan tingkat kematian anjlok, dan sosial, ketika ketakutan mengenai penyakit itu berkurang.

 

“Ketika orang tanya, ‘Kapan ini berakhir?,’ Mereka tanya akhir sosial,” kata sejarawan kedokteran Universitas John Hopkins, Dr. Jeremy Greene, dilansir dari The New York Times, (11/5/20). Dengan kata lain, suatu akhir terjadi bukan karena penyakit telah ditaklukkan tapi karena orang jadi bosan dengan kepanikan dan belajar untuk hidup bersama penyakit.

 

Menurut sejarawan Harvard, Allan Brandt, hal yang sama terjadi pada Covid-19. “Seperti yang kita lihat dalam perdebatan membuka kembali perekonomian, banyak pertanyaan terkait apa yang disebut tujuan ditentukan bukan oleh data medis dan kesehatan masyarakat tetapi oleh proses sosiopolitik.”

 

Ujung yang “sangat, rumit,” kata sejarawan Universitas Exeter, Dora Vargha. “Melihat ke belakang, kita memiliki narasi yang lemah. Untuk siapa epidemi berakhir, dan siapa yang akan menyampaikannya?

 

Wabah Ketakutan

Wabah ketakutan dapat terjadi bahkan tanpa ada wabah penyakit. Susan Murray, dari Royal College of Surgeons di Dublin, melihat hal itu langsung tahun 2014 ketika dia kerja di RS pedesaan di Irlandia.

 

Pada bulan-bulan sebelumnya, lebih dari 11.000 orang di Afrika Barat wafat karena Ebola, penyakit virus menakutkan yang menular dan berakibat fatal. Wabah itu menghilang, dan tidak ada kasus terjadi di Irlandia, tapi ketakutan publik begitu nyata.

 

“Di jalan dan di bangsal, orang gelisah,” kenang Dr. Murray baru-baru ini dalam artikel di The New England Journal of Medicine. “Memiliki warna kulit berbeda cukup membuat Anda dicurigai sesama penumpang di bus atau KA. Batuk sekali, dan Anda akan mendapati mereka menjauhi Anda.”

 

Para pekerja RS Dublin diperingatkan untuk bersiap menghadapi yang terburuk. Mereka ketakutan, dan khawatir tak memiliki APD. Ketika pemuda dari negara yang memiliki pasien Ebola tiba di UGD, tidak ada yang ingin mendekatinya; perawat bersembunyi, dan dokter mengancam akan meninggalkan RS.

 

Murray menulis, dia berani mengobati pasien, tapi kankernya masuk stadium parah sehingga yang bisa ia tawarkan perawatan sebaik mungkin. Beberapa hari kemudian, tes mengkonfirmasi pemuda itu tidak terinfeksi Ebola; dia wafat satu jam kemudian. Tiga hari kemudian, WHO menyatakan epidemi Ebola berakhir.

 

“Jika kita tak siap melawan rasa takut dan ketidaktahuan dan berpikir seperti kita melawan virus lain, kemungkinan rasa takut itu membahayakan orang-orang rentan, bahkan di tempat yang tidak pernah melihat satu kasus infeksi pun selama wabah. Dan wabah ketakutan dapat memiliki konsekuensi yang jauh lebih buruk ketika diperumit oleh masalah ras, hak istimewa, dan bahasa.”

 

(pan; Hari Ariyanti;  Bahan dari : https://www.merdeka.com/dunia/penjelasan-pakar-sejarah-tentang-bagaimana-pandemi-akan-berakhir.html)-FatchurR * Bersambung…….

Tulisan Lainnya :

  • Tidak ditemukan tulisan
Tags

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :

Back to top button
Close
Close