Sampai saat ini, saya sudah membuat membuat beberapa macam inovasi. Yang akrab dengan I Love P2Tel (ILP) ada dua buah, jam gadang dan rumah anti tsunami. Inovasi pertama, adalah pembuatan jam gadang. Jam gadang adalah jam dengan diameter besar, dengan menggunakan mesin kecil, yg umum dipakai untuk jam dinding biasa, dengan menggunakan power sebuah batu batere kecil 1,5 V, dan tahan beroperasi berbulan-bulan, dengan ketepatan waktu yg akurat.
Jam gadang terbesar yg pernah saya buat adalah jam dengan diameter 120 cm. Sebelum jam gadang dibuat saya menjajagi pendapat beberapa rekan saya, dan banyak yg tidak percaya, tidak akan bisa. Jarumnya tidak akan bisa berputar. Tidak mungkin, kata mereka. Tidak mungkin dengan mesin yg sekecil ini mampu menggerakkan jarum yg sepanjang dan seberat itu.
Tapi setelah saya membuktikan dengan membuat jam besar dan mampu bekerja dengan baik, banyak diantara rekan saya yg tadinya bilang tidak mungkin, justru berbalik mengacungi jempol. Jam dengan ukuran diameter 120 cm yg baru saja saya buat, sdh dikirim ke Jakarta.
Inovasi kedua , inovasi yg lebih rumit lagi adalah konsep inovasi rumah/ruang anti tsunami. Inovasi “rumah tenggelam, hancur, hanyut, penghuni dapat bertahan hidup” memang (kelihatannya) tidak masuk akal. Hampir semua orang meragukannya. Banyak yg bilang, imposible.
Percuma, kata rekan2 saya. Itu persis yg saya alami ketika saya memperkenalkan rumah anti tsunami dengan berkirim surat ke Dubes Jepang, Mr Kojiro Shiojiri, tetapi surat belum sampai ke tangannya (mungkin) baru sampai di stafnya saja, sdh dianggap sesuatu yg tidak mungkin.Tidak ada tanggapan.
Demikian juga email yg saya kirimkan ke Dubes Indonesia untuk Jepang, Bp M. Luthfi, di KBRI Tokyo juga tidak ada balasan. Ini semua saya ceritakan kepada para ahli pada saat presentasi di ITB.
Dengan keyakinan penuh untuk lolos pada presentasi di ITB, tiga hari sebelum presentasi, foto profil saya, saya tambah dengan tulisan “Indonesia Bisa” dan terbukti, semua yg hadir tidak ada satupun yg menolak teori saya.
Seorang Profesor ahli gempa (baca: ahli bangunan tahan gempa) dua orang ahli tsunami, dan tiga orang dari mitigasi bencana ITB. Rekomendasi para ahli, bisa dilanjutkan dengan uji coba. Ini yg membanggakan.
Kalau para ahli memperhitungkan tidak ada kemungkinan berhasil, pasti sdh ditolak mentah2. Buang2 energi saja. Perlu diingat, ITB bukan Perguruan Tinggi abal-abal. ITB adalah Perguruan Tinggi ternama. Perguruan Tinggi Terbaik nomor 1 di Indonesia. Reputasi para ahli pun dipertaruhkan.
Mereka adalah yg ahli dibidangnya. Tidak mungkin mereka asbun. Justru mereka mengucapkan terima kasih kepada P2Tel atas ide ini. Dengan keyakinan penuh untuk berhasil dalam uji coba nanti, saya berharap ITB bisa mendapatkan dana dari sponsor.
Dari hasil uji coba itulah, nanti akan diketahui apakah teori saya bisa diimplementasikan atau hanya sekedar abal2 yg berujung ke kata imposible. Untung saja Negara dan Agama melarang judi. Kalau diperbolehkan, saya akan berbisik pelan-pelan : Taruhan (Galeri War Amor Patria)-FR