P2Tel

Pembelajaran Al-Qur’an

Pembelajaran Al-Qur’an sejak dalam Kandungan dengan rumus = R – U – M – U – S – A – B – C – D
“Apabila anak Adam meninggal dunia, putuslah amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim).

Setiap pasangan suami istri beriman pasti merindukan anak sholeh. Untuk memiliki anak yang sholeh, pasangan suami istri wajib berusaha menjadi sholeh terlebih dahulu. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa segala perilaku ibu dan bapak akan dicontoh putra-putrinya. Untuk itu, semua ibu dan bapak harus menjadi teladan bagi anak-anaknya.

Setiap pasangan suami istri yang merindukan anak sholeh wajib memperbanyak amal mulia, makan dan minum hanya yang halal saja, menjaga sholatnya, indah akhlaqnya, lembut hatinya, semangat bekerja, berlaku taqwa dan terus-menerus berdzikir, memperbanyak membaca do’a.

Islam mengajarkan barangsiapa menginginkan lahirnya generasi unggulan ia hendaknya menyiapkan sejak memilih pasangan. Ini artinya dari pasangan suami istri yang sholeh-sholehah akan lahir generasi yang sholeh-sholehah pula. Anak sholeh bukan hasil kerja instan! Jelasnya, anak sholeh tidak bisa dilahirkan kecuali atas izin Allah Ta’ala dengan gigih kita mengusahakan. Anak sholeh tidak dilahirkan tapi diciptakan.

Berbicara tentang anak, kita sah-sah saja mengharapkan ia kelak menjadi dokter, jenderal, ataupun presiden sekalipun. Tetapi menjadikannya sholeh-sholehah tetap prioritas utama! Mengapa?

Pertama, karena anak sholeh yang mendoakan ibu bapaknya adalah salah satu di antara tiga amal yang pahalanya mengalir tiada habis-habisnya.
Kedua, karena permohonan ampun anak sholeh, dapat mengangkat derajat orang tuanya dapat masuk surga.
Ketiga, karena anak sholeh adalah peredam amarah Allah Ta’ala.

Segala sesuatu tergantung pada pendidikan yang sebenarnya. Ibu dan bapak adalah guru pertama dan utama. Keluarga adalah pusat pendidikan yang sebenarnya. Al-Qur’an adalah materi pendidikan utama yang harus diberikan sebelum lainnya. Jangan menunggu umur enam tahun, jangan menunggu umur empat tahun. Mulailah sedini mungkin. Mulailah segera. Mulailah sejak dalam kandungan. Ingat umur empat tahun sudah sangat terlambat!

Salah satu terobosan dalam melahirkan anak sholeh adalah dengan mengajar bayi kita membaca Al-Qur’an sejak dalam kandungan. Apakah bisa? Insya Allah bisa!

Kita hanya membutuhkan kemauan, ketekunan, dan kesabaran. Sebagai bagian dari rasa syukur, inilah berita gembira untuk kita.
Anak-anak kami hasil eksperimen program sekolah Al-Qur’an sejak dalam kandungan menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan.

Maryam Arrosikha, empat tahun dapat membaca Al-Qur’an. empat bulan kemudian, dia dapat membaca cerita, buku, dan majalah berhuruf latin, bahkan di TK, ia khatam Al-Qur’an 30 juz.  Aisyah Mujahida, adiknya, khatam membaca Al-Qur’an dan lancar membaca tulisan latin ketika di TK.

Faqih Abdullah, anak kami yang ketiga sejak berusia 13 bulan, Alhamdulillah menunjukkan kesenangan membaca yang sangat tinggi. Dari pengalaman itu, kami menginginkan agar setiap bayi mendapatkan pelajaran Al-Qur’an sejak dalam kandungan. Insya Allah sangat bermanfaat.

Bagaimana caranya? Inilah pertanyaan yang paling sering disampaikan.
Jawabannya:

Rahasia sukses mengajar Al-Qur’an sejak dalam kandungan adalah :

R – U – M – U – S – A – B – C – D

Apa maksudnya?
R = Rumah. Maksudnya rumah adalah pusat pendidikan sejati.
U = Usaha. Maksudnya ilmu itu dipelajari.
M = Metodis. Maksudnya metodenya cocok dan menyenangkan
U = Upah. Maksudnya setiap prestasi anak hendaknya dihargai (dicium, peluk yang hangat, dan dipuji).
S = Sabar. Maksudnya ibu dan bapak harus betul-betul sabar. Ibu dan Bapak tidak boleh mengatakan jangan nakal sambil berlaku nakal (misalnya mencubit, memukul, menjewer, atau marah-marah).

A = Ajeg. Maksudnya pemberian stimulasi hendaknya diberikan secara ajeg, walaupun sangat sebentar.
B = Bermain. Maksudnya stimulasi diberikan sambil bermain. Dengan demikian, anak senang, orangtuapun senang.
C = Contoh. Maksudnya orang tua hendaknya ,menjadi contoh atau mentor.
D = Do’a. Maksudnya orang tua berdo’a untuk kesusesan anak. Di samping segala sesuatu diawali dan diakhiri dengan do’a.

Siapapun yang ingin memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sejak dini ia tidak boleh melewatkan masa emas belajar anaknya.

– – – Masa emas belajar itu adalah saat bayi di kandungan, dan ketika bayi berusia nol sampai 4 tahun. – – –
Singkatnya, pendidikan empat tahun pertama sangat menentukan. Pendidikan anak usia dini (0-6 tahn) lebih penting dibanding pendidikan dua puluh tahun yang diberikan kemudian. Sayang sekali, banyak yang mengabaikan pentingnya pendidikan usia dini.

Sudah saatnya semua ibu bapak memperhatikan nasihat Buckminster Fuller berikut ini. – – – “Setiap anak terlahir jenius, tetapi kita memupus kejeniusan mereka dalam enam bulan pertama.” – – –

Tugas seorang bayi bukanlah sekadar mami tipis (makan, minum, tidur, dan pipis (ngompol). Ajaklah anak Kita bermain. Janganlah biarkan ia kesepian, nganggur, dan bengong. Ajaklah ia belajar membaca sambil mengenal Tuhannya ALLAH TA’ ALA. Ikutilah metode pendidikan turunnya Al-Qur’an wahyu pertama.

Ajarilah anak kita membaca Al-Qur’an sejak dalam kandungan- – – Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa. Aamiin – – –
Wallahu’alam bishawab (Prasetya B Utama)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version