Tidak diminatinya kartu pascabayar oleh pengguna seluler disebabkan beberapa faktor. Misalnya, pascabayar dianggap merepotkan dan tidak praktis. Menurut pengamat telematika, Herry SW, kartu pascabayar dirancang untuk mereka yang memiliki kemampuan ekonomi lebih. Pemakaian pulsa setiap bulanya rata-rata mencapai 1 juta rupiah hingga belasan juta.
Beberapa pengguna pascabayar adalah karyawan perusahaan. Perusahaan menangggung biaya telekomunikasi dengan kartu pascabayar agar dapat diketahi dengan mudah jumlah tagihannya.
Pengguna pascabayar adalah mereka yang ingin mendapatkan nomor cantik dengan jumlah digit 10 angka. Mereka ingin mendapatkan nomor-nomor indah supaya mudah diingat dan terlihat keren di mata orang lain, misalnya, 8888, 9000, 1975 (tahun kelahiran), atau 2539.
“Nomor cantik seperti itu lebih mudah didapatkan bila pengguna datang ke kantor layanan operator seluler, lalu mengajukan nomor pascabayar,” terang Herry.
Namun, sayangnya, beberapa peguna seluler merasa pascabayar kurang praktis. Dalam registrasi misalnya calon pengguna harus mengisi formulir, melampirkan dokumen, alamat asli, dan data-data pendukung lainnya. “Bukan mustahil harus melampirkan surat keterangan dari RT/RW bahkan kelurahan,” ujar Herry.
Namun demikian, kata Herry, saat ini pascabayar sudah tidak seribet dulu. Dengan sekali datang ke tempat pendaftaran kartu langsung dapat digunakan. Sayangnya, hal ini belum diketahui masyarakat mereka masih menilai pascabayar merepotkan dan butuh syarat bertele-tele.
Bagi masyarakat pengguna ponsel, kartu pascabayar sulit dikontrol. Mereka tidak mau jumlah tagihannya membengkak karena tidak sewaktu-waktu bisa mengecek jumlah tagihan yang harus dibayar.
Kekhawatiran tidak mampu mengontrol jumlah tagihan sebenarnya sudah diatasi. Operator sekarang ini menawarkan limit dengan kuota tertentu. Tapi, sayangnya, kesan bahwa kartu pascabayar sulit dikontrol menutupi tawaran kuota murah milik operator.
Menurut Herry, untuk meningkatkanya jumlah pengguna seharusnya operator melakukan promosi dan edukasi. Sekarang ini, menurut Herry, operator seakan pasrah dengan rendahnya jumlah pelanggan pascabayar tanpa berusaha untuk menarik pelanggan baru.
“Jarang ada promo tarif murah dan sejenisnya walaupun pandangan ini sebenarnya tak selalu benar sih,” tambah dia. Agar semakin dilirk operator perlu melakukan edukasi akan manfaat pascabayar.
Dia melanjutkan operator perlu mengedukasi konsumen karena saat ini pengajuan nomor pascabayar tidak serumit yang dibayangkan. Operator juga harus gencar melakukan promosi pascabayar, baik untuk program retensi maupun akuisi. (hay/E-6; http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/104283)-FatchurR