P2Tel

Mesin bubut made in GWAP

Hari ini, (maunya) lebih baik dari hari kemarin. Kualitas yang semakin baik. Bermula ketika mempunyai ide memproduksi bingkai jam yang bulat karena dibubut, saya tindak lanjuti dengan mendatangi tukang bubut. Ada beberapa tukang bubut yang saya datangi, ternyata tak seorangpun mampu membubut bingkai jam.

 

Alasan mereka hampir sama. Pertama, bingkai kayu tengahnya bolong, sehingga tidak ada “pegangannya” untuk dijepit pada as mesin bubut yang berputar. Kedua, diameter bingkai terlalu besar, sehingga kecepatan bingkai berputar sangat cepat sekali. Ini berbahaya, karena pisau bubut bisa patah atau mencelat.

 

Ketiga, bingkainya adalah kayu sambungan yg sudah dibuat bundar dengan menggunakan paku dan lem, dan dikawatirkan ada paku yg terkena pisau, sehingga pisaunya menjadi rusak. Karena sudah tidak ada yg sanggup, terpaksa membuat sendiri “mesin” bubutnya.

 

Mesin bubut yg saya buat, prinsipnya hampir sama dengan mesin2 bubut lainnya, Cuma pisau bubutnya saya ganti dengan “pasah” listrik (penyerut kayu). Posisi pasah listrik dapat diatur maju mundur sesuai kebutuhan tergantung berapa diameter bingkai yang akan dibubut. Ketika pasah dalam keadaan on, maka pisau pasah akan berputar.

 

Posisi pasah adalah dalam keadaan diam (statis) . Bingkai kayu diletakkan diatas “pegangannya” dan digerakkan memutar secara manual. Ketika bingkai menyentuh pasah maka bingkai akan “terpasah melingkar” dan apabila bingkai digerakkan memutar satu putaran, maka jadilah sebuah bingkai yang bundar. Posisi pasah adalah fleksibel, bisa dimaju mundurkan dan mampu membubut bingkai sampai diameter 120 cm. Mesin bubut selesai dibuat dalam 4 hari, boyok-e pegel seminggu. (GWAP)

 

Catatan : Gwap adalah pensiunan Telkom, tinggal di Semarang. Banyak ide, inovasi yang dia hasilkan diantaranya : Jam dinding berdiamter 100 Cm; juga konsep desain rumah tahan Tsunami yang kini dalam proses kerja sama dengan ITB melalui PP P2Tel. FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version