Komputasi awan yang memiliki banyak manfaat itu ternyata tidak dengan serta merta mengalami adopsi secara masif. Sistem keamanan, kehilangan data, rumit gugatan hukum menjadikan orang khawatir untuk mengadopsi cloud meski sekarang ini operator cloud dengan paket menarik semakin beragam.
Menurut Division Head VAS, Data Center & Manage Service Project Indosat, Gidion S Barus, adopsi cloud masih rendah karena masyarakat belum teredukasi. Bagi perusahaan besar sebenarnya cloud sudah familiar karena memiliki departmemen teknologi informasi. “Tapi UKM masih kurang mengerti apa itu cloud,” ujar Gidion Senin (25/2).
Gideon mengatakan bagi UKM yang pemiliknya adalah tunggal mereka belum teredukasi terhadap layanan cloud. Mereka para pengusaha tidak mengerti cloud karena ini di luar bisnis inti (core business), apalagi banyak dari mereka yang belum melek teknologi informasi.
Saat ini Indosat tengah melakukan edukasi pasar aga cloud semakin dipahami. Indosat diakui masih fokus membidik 1000 pelanggan enterprise (wirausaha) yang selama ini telah menjadi pelanggan layanan enterprise dari Indosat. Jika sudah waktunya Indosat akan menggarap pelanggan UKM yang jumlahnya cukup potensial.
Mereka ini masih perlu edukasi agar mengertai dan memahami manfaat cloud yang berguna dalam perkembangan perusahaan dalam era digital seperti sekarang ini. Cloud dapat menekan ongkos untuk hardware, software, storage, tenaga teknik untuk teknologi informasi, dan biaya energi listrik. Misalnya, dengan server sendiri, perusahaan memakan banyak biaya untuk daya listrik.
Untuk server atau storage dibutuhkan daya 50 persen, ruang computer (AC) 34 persen, conversion yaitu uninterruptible power supplies (UPS) 7 persen, jaringan 7 persen, dan lampu 2 persen.
Sementara itu Pendiri Indonesian Cloud Forum (ICF) Teguh Prasetya mengaku optimis dengan masa depan cloud. Tahun 2013 ini diperkirakan clud tumbuh sebesar 70 persen dengan angka mencapai 3,6 triliun rupiah dari sebelumnya (2012) yang hanya 2,1 triliun rupiah.
Tahun 2012 lalu pasar cloud computing pada 2012 tumbuh sebesar 20 persen untuk segmen korporas. Angka pertumbuhan ini menurut Teguh lebih tinggi dari industri teknologi informasi (IT) nasional yang hanya 19 persen. “Pertumbuhan ini menurut Teguh sejelan dengan upaya edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh penyedia jasa layanan cloud,” ujar Teguh.
Menurut Teguh dengan angka pertumbuhan cloud yang dialami Indonesia maka negeri ini masuk dalam kategori negara dengan tingkat adopsi cloud yang tinggi di Asia Pasifik. Yang perlu dikembangkan sekarang ini adalah Platform as a Services (PaaS) bukan hanya Infrastructur as a Services’ (IaaS) yang sudah sedemikian maju.
Di tengah munculnya fenomena big data cloud menjadi cloud perlu didukung dengan data center yang mumpuni. Korporasi membutuhkan kemampuan mengelola trafik dan pengelolaan data secara memadai karena big data yang dihasilkan setiap hari.
Tren big data saat ini bisa dilihat dari miliaran pengguna internet dan telekomunikasi SMS atau suara yang terhubung dan saling berbagi data. Lonjakan ini diperkirakan mencapai 1.500 exabytes yang memenuhi lalu lintas data center cloud dan 1.400 exabytes pada sistem data terintegrasi lainnya.
Bagi perusahaan, langkah beralih ke cloud merupakan salah satu solusi dalam menangani kompleksitas data. Bagi segmen enterprise agar pengelolaan data lebih murah cloud dapat menjadi solusi dari tingginya ongkos pengelolaan. Big data terdapat peluang dan potensi bagi penyedia layanan cloud. Pasar big data sangat menjanjikan karena mengandung peluang bisnis yang tidak sedikit. (hay/E-6; http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/113335)-FatchurR