Berada di pinggiran Merapi, Sleman memiliki kontur tanah yang tidak rata dan banyak sekali sungai kecil serta anak-anak sungai. Ini tentu berpengaruh kepada konstruksi jalan-jalan, termasuk jalan di desa-desa terpencil.
Tetapi acung jempol ke PU Sleman, jalan-jalan disana tidak naik turun mengikuti
lekuk tanah, melainkan kemiringannya terjaga bahkan pada banyak tempat relatif rata. Ini tentu memerlukan pengurugan tanah dan konstruksi jembatan yang lebih mahal. Muka jembatan harus jauh diatas muka air, sehingga tiang-tiang jembatan di Sleman, kebanyakan tinggi-tinggi.
Konon menurut cerita, Sleman adalah kabupaten yang memiliki jalan aspal terpanjang per luas tanahnya di seluruh tanah air. Dengan karakter jalan demikian, lalu lintas bisa menjadi ramai. Sepeda tetap menjadi kendaraan penting bagi anak sekolah dan orang tua yang sudah tidak gesit lagi memakai sepeda motor.
Kendaraan bikinan sendiri seperti mesin giling padi, mesin gergaji kayu atau mobil tinja hilir mudik door-to-door melayani pelanggannya. Jalan yang baik memang menjadi kunci utama kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Dan Sleman beruntung memiliki jaringan jalan yang baik.
Pariwisata juga berkembang. Kabupaten ini memiliki banyak tempat wisata khususnya yang kerkaitan dengan keindahan Merapi dan mudah dijangkau oleh kendaraan. Yang mungkin belum terpikirkan adalah wisata naik sepeda atau sepatu roda, padahal kondisinya sangat memungkinkan.
Orang Jogya memang kreatif, dengan tiang-tiang jembatan yang menjulang tinggi memungkinkan penduduk membuat jalan trowongan dibawah jembatan. Untuk sepeda motor atau pejalan kaki tidak perlu menyeberang lalu-lintas padat seperti jalan Magelang, mereka memiliki jalan-jalan tikus dibawah jembatan. Bahkan Pasar Tempel-pun berada di bawah Jembatan.
Salam trowongan, (Sadhono Hadi; penggemar blusukan; http://fundamen40.blogspot.com)-FR