P2Tel

Kandang Sapi

Walau tidak tak menyolok, banyak sapi dipelihara di desa. Sapi-sapi ini butuh kandang banyak. Setiap kandang masih perlu tempat penyimpanan jerami dan pakan. Karena alasan kesehatan, aturan desa melarang membangun kandang sapi di pemukiman, sehingga kandang-kandang ini biasanya ditempatkan dalam satu kompleks kandang di pinggiran padukuhan.

 

Setiap desa memiliki beberapa padukuhan, sehingga sebuah desa bisa memiliki 6-8 kompleks kandang
sesuai dengan jumlah dukuhnya. Setiap kompleks kandang, berisi tidak kurang dari 15 kandang, sehingga secara kasar bila 60% kandang terisi, jumlah sapi setiap desa bisa mencapai 60-70 ekor sapi. Memiliki komplek kandang juga menguntungkan, sewa kandang Rp.50.000,- per tahun.

Tidak sedikit yang mengais rezeki dari perputaran perdagangan sapi. Pemilik modal, bisa memutarkan modalnya sebagai alternatif dari memiliki sawah atau ladang. Harga tanah di desa sangat lamban bergerak dan tidak likuid.

 

Menjual tanah / sawah bisa berbulan-bulan, sedang sapi asset yang likuid, hari ini butuh uang, sore ada pembeli datang. Pedagang atau blantik aktif keliling desa atau di pasar hewan saat hari pasaran. Blantik inilah yang menghidupkan perdagangan sapi, sekalipun kadang berlebihan mengambil untung.

 

Tapi tanpa jasa mereka, sulit diharapkan perdagangan hewan yang hidup. Peternak yang tanpa modal-pun bisa mengambil untung dengan mendapat titipan hewan, pada saat panen (beranak) atau dijual, mereka mendapat bagian 50 hingga 60% dari keuntungan.

Sapi-sapi ini tidak dikembangkan alami, namun di paksa kawin suntik. Belum sampai 2 tahun dipaksa hamil. 9 bulan beranak sapi (pedet) dan dalam bilangan bulan sudah di sapih untuk dipaksa hamil lagi. Betul-betul hamil paksa. Biaya suntik ini Rp.35.000 per suntik dan tidak di jamin sekali suntik hamil.

Pakan? Wah, di desa pada musim hujan ini, sekalipun tidak memiliki ladang rumput gajah, tapi rumput tumbuh dimana-mana. Pematang, pinggir sungai, pinggir jalan, tepi kampung, dimana saja ada hijau nya rumput. Nyaris gratis. (Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version