Seorang pria mendatangi “Orang pandai”, “Guru, saya bosan hidup. Rumah tangga berantakan. Usaha kacau. Saya ingin mati.” Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit. Dan penyakitmu pasti bisa sembuh.”
“Tidak Guru, tidak. Saya tidak ingin hidup,” tolak pria itu.
“Baik. Ambil racun ini. Minum ½ botol malam ini, sisanya besok jam 16. Jam 20 kau akan mati dengan tenang.”
Dia bingung. Setiap “Orang pandai” yg didatangi memberinya semangat hidup. Yg ini menawarkan racun. Sampai rumah, ia minum ½ botol. Ia putuskan makan malam dgn keluarga di restoran Korea yg lama tak ia lakukan. Utk meninggalkan kenangan manis, ia bergurau dgn riang. Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.”
Bangun tidur, ia membuka jendela kamar & melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkannya. Dan ia tergoda utk jalan pagi. Pulang ke rumah, istrinya masih tidur. Ia membuat 2 cangkir kopi. Satu utk dirinya, satu utk istrinya. Istrinya merasa aneh, “Sayang, apa yg terjadi? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku ya?”
Di kantor, ia menyapa tiap orang. Stafnya bingung, “Hari ini, Boss aneh ya?” Ia jadi lebih toleran, apresiatif thd pendapat berbeda. Ia mulai menikmatinya. Pulang jam 17, istrinya menungguinya. Sang istri menciumnya, “Sayang, sekali lagi mohon maaf, kalau selama ini aku merepotkanmu.”
Anak-anak pun berani bermanjaan kembali padanya.
Tiba-tiba, ia merasa hidup begitu indah. Ia mengurungkan niatnya utk bunuh diri. Tetapi bagaimana dgn racun yg sudah ia minum?
Bergegas ia mendatangi “Orang pandai”, “Buang botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Bila kau hidup dgn kesadaran bahwa maut menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati tiap detik kehidupan. Lebur egomu. Bersyukurlah, tingkatkan ketaqwaanmu. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan, jalan menuju ketenangan. (Suhirto M)-FR