Jurnal National Bureau of Economic Research mengungkapkan, tidak semua perilaku yang dianggap “buruk” seperti suka memberontak atau malas belajar itu mengindikasikan ketidakberhasilan usaha di kemudian hari. Kecerdasan-kepercayaan diri menjadi modal utama.
Tingkat pendidikan tinggi tak selalu menjamin masa depan cemerlang. Tidak sedikit pengusaha di perusahaan teknologi sukses meski tidak menyelesaikan sekolahnya. “Orang yang menjadi pengusaha sukses cenderung memiliki kombinasi unik antara aspek kognitif (kecerdasan) dan non-kognitif,” Kata peneliti sekaligus penulis makalah Ross Levine.
Menurutnya, pintar saja tidak cukup, mereka yang memiliki sifat pemberontak lebih mungkin untuk melanggar aturan, mendapatkan kesulitan, dan berani untuk mengambil risiko.
Berikut ini lima tanda-tanda bahwa anak bisa menjadi pengusaha sukses di kemudian hari, seperti dilansir dari Huffington Post, Jumat (16/8/2013):
Berani Mengambil Risiko
Penelitian menunjukkan, pengusaha yang berhasil dalam meluncurkan bisnis, besar kemungkinan dulunya pernah terlibat dalam kegiatan penuh “berisiko”. Contohnya, Bill Gates yang pernah menjadi bahan ejekan teman-temannya kala ia memiliki ambisi kuat untuk menekuni program komputer.
Namun, Gates muda tidak mempedulikannya. Ia rela meninggalkan bangku kuliahnya di Harvard University, USA untuk bisa lebih fokus. Gates kala itu dianggap gila ketika mengatakan, “Komputer akan ada di setiap meja dan rumah Anda nantinya.”
Pendidikan Tinggi Bukan Jaminan
Anak yang putus sekolah tidak selalu kehilangan harapan sukses. Sebanyak 54% dari kelompok kewirausahaan yang diamati tim peneliti, bisa menjalani usahanya dengan sukses meski tanpa gelar akademis. Contoh lain Mark Zuckerberg yang pernah di-drop out (DO) dari Harvard University di AS pada tahun keduanya untuk memulai usahanya mengembangkan Facebook.
Tidak Malu Bekerja untuk Orang Lain
Bekerja di sebuah perusahaan ber-upah rendah, bukan berarti seseorang tidak akan memiliki peluang untuk sukses di bidang wirausaha yang ditekuninya kelak. Para peneliti menemukan bahwa sebesar 90 persen pengusaha mengawali karirnya dengan bekerja untuk orang lain dengan upah yang kecil.
Misal, Michael Bloomberg pendiri Bloomberg L.P. Sekedar tambahan dari Wikipedia, kini dia jadi multi-miliarder dan walikota di New York City sejak 2002. Ia mulai bekerja di Salomon Brothers dengan upah 9 dollar US/tahun, akhirnya mendirikan perusahaan layanan perangkat lunak finansial 1981.
Cerdas
Peneliti menunjukkan kecerdasan tidak selalu dikaitkan dengan nilai akademik, tetapi aspek non-akademik lebih luas tak ayal membentuk kepribadian. Paul Allen. Pendiri Microsoft ini mendapatkan skor SAT dengan sempurna yakni 1600 poin. Ia sempat menekuni pendidikan di Washington State University tapi dikeluarkan tahun kedua untuk bekerja sebagai programmer di Honeywell, Boston, AS yang menempatkan dirinya dekat dengan teman lamanya yakni Bill Gates.
Percaya Diri atau Pede
Kepercayaan diri penting untuk membangun kesuksesan. Tengok Steve Jobs. Chief Executive Officer (CEO) Apple ini menghabiskan waktu bersama Ayahnya di garasi rumah. Kala itu sang Ayah kerap menunjukkan Steve cara membongkar dan membangun kembali berbagai perangkat elektronik : radio dan televisi.
Karena terbiasa, hal itu memberinya “kepercayaan diri luar biasa” pada Jobs. Sejak itu ia tertarik untuk mengembangkan hobi mengutak-atik elektronik, lalu mendorongnya menciptakan inovasi teknologi yang lebih kompleks. (amr; http://techno.okezone.com/read/2013/08/16/363/850682/5-sifat-pendorong-sukses-tokoh-teknologi-dunia)-FatchurR