Lamtoro atau petai China konon dapat dijadikan obat pembunuh cacing perut. Di halaman depan rumah tumbuh pohon lamtora yang lagi berbuah. Sudah banyak dan cukup tua, dan buah lamtoro kemarin diunduh.
lLamtoro bisa dimakan mentahan, jadi terancam atau jadi teman nasi pecel. Jika diberi bumbu lain-lain dicampur kelapa yang muda dibungkus dan ditanak, jadilah bothok lamtoro. Hhhhmmmm …. nyam-nyaaammm ….. nasi pulen hangat lauknya bothok lamtoro pedas. semoga cacing diperut pada mabuk dan saya jadi sedikit gemuk (Sugeng wahyudianto)-FR
——–
Lebih jauh tentang lamtoro dan manfaat lain
Lamtoro(Lucaena leuchocephala) merupakan tanaman legume pohon serba guna, berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko. Lamtoro umumnya ditanam sebagai pagar dan pelindung untuk tanaman komersial. Sebagian masyarakat memanfaatkan buah dan daun muda untuk sayur. Daunnya sebagai pakan ternak dan batangnya dimanfaatkan sebagai ramuan rumah dan kayu bakar.
Sistem perakaran Lamtoro yang dalam dan bisa berumur 50 tahunan, cocok digunakan tanaman pagar dan pelidung karena tidak menggangu tanaman pokok, menghemat biaya dan tenaga dari pembuatan pagar berulang. Perakaran yang dalam menyebabkan lamtoro tahan kekeringan, tetap hijau-bertunas selama musim kering. Cocok sebagai sumber hijauan pakan ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba.
Sebagai pakan ternak, lamtoro berkualitas tinggi dan relatif sama dengan jenis legum pohon lainnya seperti Turi (Sesbania grandiflora), Gamal (Gliricidia sepium) dan Kaliandra (Calliandra calotthyrsus). Produksi hijauannya tinggi bervariasi sesuai tingkat kesuburan tanah, jarak tanam dan curah hujan.
Daun-batang muda disukai ternak. Kandungan protein-mineral-asam amino yang seimbang, berserat kasar yang relatif sedikit dan kandungan tanin yang rendah. Kandungan tanin rendah (CT 6%) bernilai tambah, dibandingkan legume pohon yang lain karena dapat berfungsi melindungi perombakan protein yang berlebihan di dalam rumen (by-pass protein) sehinga jumlah protein yang dapat diserap (retensi N) di usus halus lebih tinggi.
Pemberian lamtoro sebagai suplement terhadap pakan yang berkualitas rendah seperti rumput kering, sisa hasil pertanian dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan dari pakan berkualitas rendah, hal ini disebabkan karena lamtoro dapat mencukupi kebutuhan mikrobia rumen untuk hidup dan melakukan aktifitasnya di dalam rumen.
Namun demikian keunggulan lamtoro menjadi tidak berarti jika ada serangan hama kutu loncat (Heteropsylla cubana Crawford) pada awal tahun 1980an yang menghisap batang muda dan menyebabkan tanaman menghitam dengan kerusakan daun mencapai 95%. Pada tingkat serangan berat menyebabkan laju pertumbuhan tanaman berhenti dan mati.
Serangan kutu loncat umumnya pertengahan-akhir musim hujan ketika suhu dan kelembaban udara memungkinkan kutu loncat berbiak cepat. Siklus hidup kutu loncat dari telur-dewasa antara 10-20 hari dan populasinya berkembang 2X lipat dalam tiga hari. Pada temperatur 330 C ke atas perkembang-biakannya terhambat dan daya rusaknya terhadap daun berkurang.
Tingginya serangan kutu loncat pada tanaman lamtoro disebabkan rendahnya variasi tanaman lamtoro yang dibudidayakan. Umumnya lamtoro yang dikembangkan berasal dari species, L. leucochepala, yang tidak jarang diperbanyak dari satu tanaman induk.
Persilangan merupakan alternatif yang dapat mengembalikan potensi lamtoro sebagai tanaman serbaguna. Uji coba persilangan sudah banyak dilakukan dengan mengawinkan jenis lamtoro yang tahan terhadap serangan kutu loncat seperti L. pallida, L. difersifolia, L. collinsi dll dengan L. leucocephala.
Lamtoro hibrida KX2 F1 merupakan lamtoro jenis baru yang dikembangkan Charles Sorensson dari Universitas Hawai merupakan turunan dari L. leucocephala K363 x L. pallida K748 yang dapat beradaptasi terhadap berbagai iklim dan jenis tanah kecuali tanah dengan tingkat keasaman tinggi, tahan terhadap kutu loncat dan produksi biomass tinggi. KX2 ini sangat potensial dikembangkan sebagai tanaman legume serba guna pengganti lamtoro yang tidak tahan terhadap kutu loncat.
Beberapa keunggulan KX2 dibanding lamtoro (L. leucocephala) : Tahan terhadap serangan kutu loncat, hasil pengamatan di kebun percobaan BPTP NTB Sandubaya (Feb-2002), menunjukkan tingkat serangan dengan score kurang dari satu sementara lamtoro lokal menderita serangan sedang dengan score 3-4 (Score 1-9). Serangan pada tingkat sedang jika tidak diatasi dapat menurunkan produksi hijauan lebih dari 50%.
(Tanda Sahat Panjaitan-BPTP NTB; http://farmnawir.blogspot.com/2009/03/mengenal-potensi-lamtoro-hibrida-f1.html)-FatchurR