Suatu hari seorang sahabat menelepon saya, “Mas, saya nanti siang akan lewat daerahnya Mas. Saya akan langsung ke stasiun naik kereta jam 15:00. Saya sampai di sana kira-kira dhuhur Mas. Saya pengin makan enak. Tolong ya carikan restoran ya”.
Wah, paling tidak dua nikmat akan saya peroleh. Pertama bertemu sahabat lama dari kota besar dan kedua makan enak. Saya mulai pikir-pikir, makan apa ya? Banyak kemungkinan yang bisa saya pilih. Sate? Bakmi Jawa? Brongkos? Pecel? Jamur? Akhirnya saya tetapkan: Mangut
Kebetulan saya tahu warung mangut yang agak masuk ke tengah-tengah desa. Mangut kuthuk disajikan dalam cobek tanah dengan tambahan wader goreng dan lalab sambel. Sebagai bonus kita mendapat satu cobek gudeg.
Selesai makan, sahabat yang disertai istrinya itu mengangkat dua jempol saking enaknya, sambil mangut-mangut. Biasanya yang bisa di mangut-kan adalah ikan kali, yang sangat umum adalah lele. Namun kali ini sahabat tersebut saya ajak mencicipi mangut ikan gabus, atau mangut kuthuk istilah di daerah saya.
Sejak itu saya mencoba membuat mangut sendiri, berdasarkan resep yang saya browsing dari internet. Kebetulan saya memiliki beberapa butir kelapa tua. Mudah kok cara memasaknya. Pilhlah ikan segar, saya malah mencoba ikan tongkol segar, yang di potong-potong kecil. Tongkol ini perlu dibumbui dahulu sebelum siap di goreng. Bumbunya adalah ketumbar, bawang putih, kunyit dan garam.
Setelah dihaluskan, di larutkan dengan air panas dan dikucuri jeruk purut (sesungguhnya jeruk nipis, tapi halaman saya yang ada jeruk purut), ikan yang sudah di bumbui, didiamkan beberapa menit. Kalau masih sabar untuk sementara waktu bisa dimasukan lemari es.
Ikan yang sudah siap berbumbu boleh di goreng sampai matang. Belajar dari istri saya, potongan ikan ini harus mencicipi dulu minyak panas, sebelum seluruhnya di cemplungkan ke minyak, dengan demikian sang ikan tidak melekat ke wajan.
Kuah mangut dimasak tersendiri dengan bumbu “standard”, yakni cabe rawit, bawang merah, bawang outih, kencur dan irisan kecil-kecil lengkuas muda. Setelah ditumbuk sedikit halus, barulah di goreng sebentar, bersama daun salam dan cabe rawit utuh tambahan selain yang sudah digerus.
Kuah santan sudah boleh dituangkan dan menjelang kental benar tongkol gorengan boleh dicemplungkan. Soal rasa tentu relatif, namun setidaknya nostalgia saya terobati. Alhamdulillah. (SH; kutipan dari http://rumahkudidesa/blogspot..com)-FatchurR