P2Tel

Solusi Kurang percaya diri

Alhamdulillah, kini banyak generasi muda yang aktif berorganisasi, tapi tidak sedikit pula yang masih memiliki banyak kekurangan khususnya “Kurang Percaya Diri” (KPD) bila harus berbicara di hadapan rapat atau pertemuan. Seiring dengan itu, tapi kadang ada yang merasa iri bila melihat teman seorganisasi bisa menyampaikan sesuatu di hadapan rapat atau pertemuan dengan lancar, tenang dan mudah dipahami.

 

Berkaitan ini beberapa langkah yang perlu dilakukan. Di antaranya, Pertama, memang tidak sedikit orang yang memiliki banyak keahlian dalam berbagai disiplin ilmu, tapi tidak memiliki kemampuan untuk menyampaikan dalam bahasa lisan bila harus berbicara di hadapan banyak orang, seperti yang kini dialami sebagian kecil generasi muda.

 

Sebaliknya, ada orang yang begitu sangat lancar dalam menyampaikan bahasa lisan, namun punya kelemahan jika untuk menuangkan dalam bentuk tulisan. Hal ini tentu saja banyak faktor penyebabnya, salah satunya adalah KPD.

 

KPD ini akan berdampak pada timbulnya rasa takut bersalah dalam menyampaikan pendapat. Khawatir bila argumentasi yang dikemukakan kurang tepat, takut dicemooh dan atau takut bila tidak dihargai orang lain dan sebagainya.

 

Siapa pun bisa mengatasi hal ini dengan cara yakin bahwa diri kita mampu  menguasai permasalahan yang akan dikemukakan. Dan, bahwa dengan berdiri dan tampil kita di hadapan rapat atau pertemuan menunjukkan betapa orang lain meyakini, atau paling tidak percaya kemampuan kita.

 

Kita harus yakin, bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang sempurna. Masing-masing memiliki kelebihan-kekurangan. Rasulullah Saw bersabda: “Setiap anak cucu Adam (manusia) pasti memiliki kesalahan-kekhilafan. Sebaik orang bersalah adalah yang mau menyadari akan kesalahannya serta terus berjuang memperbaiki kesalahannya dan bertaubat”(Al Hadits).

 

Kedua, Islam benci terhadap penyandang sifat “hasad”, dan betapa besar bahayanya keberadaan orang tersebut bagi kehidupan masyarakat, sehingga Allah SWT mengingatkan kita agar berlindung kepada-Nya dari kejahatan orang-orang yang dengki (QS. Al Falaq).

 

Pada sisi yang lain, Islam membenarkan seseorang bersifat “munafasah” (bersaing/berlomba) tanpa rasa iri-benci dan tidak mengharap hilangnya kenikmatan pada diri orang lain. Kelebihan orang lain secara positif mendorong dirinya untuk berjuang keras memperoleh kelebihan yang serupa atau melebihinya (Al Muthaffifin: 26; Al Baqarah:148; Al Maidah:48). Bersaing-berlomba dalam kebaikan di jalan yang diridhai-Nya (Al Hadid: 21).

 

Lebih dari itu, menurut para ulama, “munafasah” dalam keimanan dan ibadah, wajib hukumnya. Semoga rasa iri kita melihat keberhasilan teman-teman, juga kemampuan orang lain untuk tampil dengan tenang dan baik di hadapan rapat atau pertemuan, bukanlah iri dalam katagori “hasad” atau negatif, tapi sekadar “munafasah” yang akan memacu semangat kita untuk memiliki kemampuan serupa atau bahkan melebihinya.

 

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan ‘inayah-Nya. Aamiin!

Wallahu a’lam bish-shawab; (Abu Muas Tardjono; http://new.drisalah.com/index.php/inspirasi/216-kurang-percaya-diri-adakah-solusinya.html)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version