Saya tidak pernah lupa, pertemuan saya pertama kali dengan p. Achadiat 1970. Saya bertanggung jawab atas operasi Kantor Telepon (manual) Tanjung Perak, pak Achadiat yang membangun gedung di tanah kosong di depan kantor saya. Saya mengikuti, pekerjaan beliau mulai menggali “kesong” sampai menjadi gedung sentral otomat dua lantai. Gedung STO Perak hasil karya pak Achadiat ini memiliki desain unik, karena mirip dengan kapal yang mengapung di tanah yang berair. Jadi gedung itu tidak memiliki fondasi.
Dengan suara yang lembut, dengan kaca mata yang tebal, beliau menjelaskan design dan teknis cara membangun gedung yang istimewa itu, seraya menggelar gambar rancangan gedung. Atas jasa beliaulah saya kemudian bisa menjelaskan keunikan gedung ini ke tamu-tamu yang mengunjungi STO pertama system EMD-ORW (Pak Wiharto jauh lebih faham dari saya system ORW ini).
Selain p. Dirjen Suhardjono yang pernah berkunjung, di Tanjung Perak saya sempat menjelaskan ke p. Emil Salim dan p. Frans Seda, Menhub saat itu. Sejak itu p. Achadiat berkeliling Indonesia dan ratusan gedung TELKOM yang dibangun dengan andil ketrampilan beliau. Terima kasih pak Achadiat.
Selamat jalan pak Achadiat. Semoga diampuni semua dosanya, diterima semua amalnya, dilapangkan kuburnya, dialirkan terus pahalanya. Semoga Ibu Achadiat beserta keluarga diberi ketabahan menerima musibah ini. Amin Ya Raobbal Alamin. (Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR
Tambahan dari pensiunan yang lain :
Pak Ahadiat, meninggal Kamis, 21/11/2013, H:13.30WIB, di RS Santosa, Bandung. Kata istrinya, mulai sakit sejak 2005. Beruntung – pak Ahadiat punya istri yang setia mendampingi serta penuh perhatian-tulus pada suaminya. P. Ahadiat dan istri adalah pasangan yang setia & serasi.
Kapan pertama saya bertemu pak Ahadiat? Jawab, sekitar pertengahan tahun 1976. Saat itu saya mulai bergabung Perumtel. Mudah saya mengingatnya, karena pak Ahadiat salah satu mentor (pembimbing) ketika bergabung di Bag. Bangkaptel (jl.Supratman, Bdg).
Maklum, pada waktu itu belum ada program orientasi atau adaptasi (begitu masuk, langsung kerja). Jadi untuk mengerti Perumtel, sebelum pulang kantor (siang hari) – satu-dua mentor “mengdongeng” tentang segala pekerjaan sampai ikhwal organisasi, di-ikuti tanya-jawab.
Disebut “dongeng”, karena ceritanya cam-macam, ber-seri-seri dan selalu menarik. Maklum, organisasi Perumtel besar sekali, tentu tak habis diungkapkan dalam sehari. Dibutuh berulang kali pertemuan informal itu. Di mulai cerita ttg urusan kecil-kecil – misal drafting nota dinas – dan sampai mengenali pekerjaan kantor & ikhwal keorganisasian.
Saya kagum – luas sekali pengetahuan pak Ahadiat. Saya percaya – bahwa semuanya itu hasil akumulasi pengetahuan selama pengabdian pak Ahadiat di Perumtel. Pak Ahadiat salah satu mentor yg sabar dalam membimbing capeg(calon pegawai). Untuk itu, terima kasih, pak Ahadiat.
Maklum p. Ahadiat dan saya, berprofesi sama, yaitu tukang bangunan (di Perumtel). Jadi, ngomong soal seni arsitektur & civil works (utk Perumtel)- tak ada habisnya, bisa sampe malam suntuk. Pernah dalam perjalanan dinas di Menado, diskusi asyik, kali ini diskusi ditutup dg tertawa bersama, “soalnya … buat apa bayar hotel kalau tidak tidur, ayo tidur”.
Diskusi usai. Ha..ha… kita baru berangkat tidur di subuh-pagi. Pengalaman yg berkesan. Pak Ahadiat – seorang profesional dan sangat menyukai profesi “tukang bangunan”. Perumtel/Telkom beruntung memiliki-nya. Patut kita menghargai profesi & dedikasinya.
Bicara apapun dengan pak Ahadiat selalu menyenangkan. Dia – orangnya jujur, kalem, tutur bahasanya halus dan santun, lebih suka mendengar. Seorang pekerja giat, tekun dan mudah-bekerjasama. Dia selalu teguh pendirian-nya. Satu karakter dan kepribadian yang menarik (bagi siapapun), bukan?
Menarik utk diketahui, dari-mana pak Ahadiat dan bu Ahadiat mulai berkenalan dan sampai sepakat berrumah-tangga? Banyak orang tahu, bu Ahadiat mempunyai hobby menyanyi. Suaranya bagus, jelajah nada-nya mulai rendah sampai tinggi. Apapun lagu dinyanyikan-nya akan enak didengar.
Sedikit yg tahu(?), ternyata Pak Ahadiat seorang pemain gitar melodi dan sekaligus pemain band(!). Hobby menyanyi dan main band inilah yang mempertemukan mereka. Lagu-lagu rock n roll satu kesukaan-nya. Jangan heran, di rumahnya – tersedia Studio Musik dan perangkat band kumplit.
Di hari-hari longgar, bayangkan – bu Ahadiat mendendang lagu … O Sole Mio, Che bella cosa na jurnata ‘e sole, …. , jreng-jreng …. pak Ahadiat mengiringi-nya. Keduanya dipertemukan – karena jiwa seni. Tentu – ihklas-legowo, namun – hari-hari berikut menjadi hari hari yang berat bagi bu Ahadiat. Ada harmoni dalam kehidupan mereka berdua. Semoga berkat Gusti Allah melindungi & menguatkan keluarga yang ditinggalkan-nya.
Ketika berangkat pulang, kita ber-pamitan, Bu Ahadiat menanggapi dg tersenyum, berkata dg tegar, “....mohon maaf utk pak Ahadiat..“. Tentunya, untuk semua temans dan semua relasinya. Selamat Jalan, pak Ahadiat. Keterangan dua foto : Sebagian pelayat dan jenazah sedang di-doakan di rumah duka, Jl. Cibogo, Bdg-(ThW)-FR