Kawasan Jogya dan sekitarnya tanahnya lembut berpasir, hasil dari berulang kali letusan mBah Merapi. Kawasannya juga tidak termasuk dataran tinggi. Jogja tidak seberuntung Bandung, yang dikelilingi perkebunan teh, di Jogja minum teh di warung ya harus bayar.
Mungkin karena itu, mereka mencari akal bagaimana menciptakan minuman yang berwarna seperti teh. lha begitulah muncul minuman khas yang bernama wedang secang atau wedang uwuh. Pak Dj dan pak Sj yang memperkenalkan pertama kali wedang uwuh ini kepada saya, saat ia mampir ke Tempel dan saya ajak ngandog di warung makan.
Warnanya merah darah yang menyala. Merah tersebut muncul dari rebusan serut kayu sejenis pohon, tentu saja harus dibubuhi ramuan-ramuan khusus termasuk wadas, jahe dan sereh. Namanya saja uwuh (bekas, buangan, sampah), harganya juga super murah. Satu kemasan plastik kecil bila direbus bisa menghasilkan 12 sampai 15 gelas secang, sedang bila di sedu hanya menghasilkan 3 sampi 4 gelas.
Membuatnya seperti merebus jamu, hindari pemakaian penci aluminium, bubuhi gula seperlunya tergantung selera. Setelah mendidih dan warnanya merah kehitaman, minuman kita sudahlah jadi. Biasanya orang menyruput saat masih panas, sambil menyantap gorengan tempe, cocok untuk hidangan nonton bola. Tapi saya coba masukan lemari es, dan diminum saat dingin, ternyata nikmat juga.
Anehnya, sekalipun warnanya merah kehitaman, secang samasekali tidak meninggalkan sisa warna di bibir atau di gelas yang dipakai, itulah hebatnya secang…. Salam umuh, bukan umuk…. (Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com/ dan http://rumahkudidesa.blogspot.com/)-FR