Mudik Idul Fitri atau Hari Besar lain jadi budaya khas Muslim Indonesia. Tradisi ini bisa meningkatkan keterikatan terhadap kampung halaman-keluarga. Ada beberapa hal yg patut jadi renungan dari budaya mudik ini yang dapat dikaitkan dengan persiapan menghadapi kehidupan di kelak kemudian hari :
1. Mudik perlu direncanakan secara baik dan didukung oleh perbekalan yang memadai, tanpa itu kita tidak bisa menghadapi kondisi faktual yang harus diatasi, selama dalam perjalanan atau saat berada di kampung halaman. Itu adalah suatu moment yg hanya beberapa hari.
Bagaimana dengan perjalanan panjang melalui alam kubur, alam mahsyar, dan alam mizaan. Tentu diperlukan perencanaan dan bekal yang memadai dalam bentuk keimanan, keislaman, ketakwaan dan amal salih. Kalau kita tidak punya ilmu dan pengamalannya, pasti akan menghadapi penyesalan yang tidak berujung dan berkepanjangan, penyesalan yang sia2.
2. Saat berkumpul adalah kenikmatan yang tidak bisa diukur dengan uang. Kita sering lupa mensyukuri, bahkan kewajiban yang utama dalam syariat antara lain sholat (dianjurkan berjama’ah di masjid) sering abai karena sepertinya tidak punya kesempatan dan waktu luang dengan alasan silaturakhim, jadi yang wajib kadang dikalahkan yang sunnah.
3. Menjadi kelaziman mudik sekaligus dimanfaatkan berziarah kubur leluhur yang telah mendahului. Hal ini baik karena jadi peringatan kelak semua akan menyusul, dan harus mempersiapkan saat yang akan kita alami, karena kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak akan ada yang menduga kapan terjadi.
4. Setelah bertemu, bersilaturakhim, saling rindu, semua berakhir, karena berikutnya punya tugas dan tanggung jawab. Terutama yang telah tua, setelah dikelilingi kasih sayang orang2 yang mencintainya, anak mantu-cucu, ketika mereka kembali akan terasa sepi yang mengisi rongga hati.
Bayangkan saat menghadapi alam kubur, tidak akan ada yang menemani walau di dunia saling mencintai dan menyayangi sepenuh hati. Yang menemani-menghibur adalah amal baik, dan yang mencelakakan adalah jika yang dibawa adalah amal jelek dan dosa. Na’udzubillah.
Mudah2an kita bisa mengambil pelajaran dari budaya mudik, dan tidak lewat begitu saja, sehingga kita tidak mendapat nilai positif yang terkandung di dalamnya. Wallohu ‘alam. (Nanang H)-FR