Siang hari saat akan memasuki xxx, salah satu kota di Jabar, saya berjumpa dengan razia polisi. Beberapa mobil, secara random di berhentikan petugas dan dipersilahkan minggir. Saya pasang gaya acuh saja, dengan harapan rambut putih, biasanya meloloskan saya dari pilihan petugas.
Kali ini, gaya saya tidak mempan, seorang petugas menghentikan saya. Segera saya meminggirkan mobil, menepi dan membuka jendela. Otomatis saya memiringkan badan untuk meraih STNK yang
berada di laci sebelah kiri. Kemudian saya merogoh dompet untuk
mengeluarkan SIM A.
Pak Polisi sambil memegang kedua dokumen penting itu, bertanya,
– Bapak, tahu kesalahan Bapak?
– Lho? Saya salah apa?
– Nah, itu Ibu nggak pake safety belt?
Istri saya segera bereaksi, sambil menyingkap kerudung panjangnya, safety belt tertutup kerudung.
– Saya pake pak?
– Lha, ini Bapak juga nggak pake?
Astaghfirullah, kok saya bisa nggak pake? Istri saya juga sangat terkejut, kok bisa saya nggak pake safety belt, padahal saya paling disiplin. Apalagi keluar kota. Lampu tanda safety belt-pun pasti menyala merah bila saya lalai. Rasanya nggak mungkin saya teledor begitu, andaikata saya tidak pakai karena jalan di dalam kampung atau malam hari mendekati rumah, pasti saya dengan sadar mencopot safety belt.
Apa boleh buat. Saya salah dan saya menanyakan apakah bisa membayar lewat ATM?
– Di Ciamis belum bisa pak, apa Bapak bisa hadir sidang tanggal …
– Wah, ya nggak mungkin pak. Terus bagaimana ini?
– Ya, kalau Bapak berkenan titip kami sidang, ini ada juga yang titip kami.
Ya, apa boleh buat, tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali menerima tawaran polisi yang sangat santun ini dan saya dipersilahkan meneruskan perjalanan.
Diperjalanan, kami berdua membahas, mengapa saya bisa lupa tidak memakai safety belt? Kapan dan dimana saya sembrono melepas safety belt?
Setelah mengingat-ingat, akhirnya saya jadi yakin bahwa saya melepas safety belt saat SUDAH berhenti
dan memiringkan badan hendak membuka laci di sebelah kiri. Saya tidak mungkin berhasil meraih STNK, tanpa membuka safety belt.
Saya tidak sadar dan tidak bisa membuktikannya. Jadi, semula sasaran pak polisi adalah istri saya, namun karena gagal, ia kemudian menemukan saya tanpa safety belt. Ya, kejadian sudah jauh berkilometer-kilometer dan tidak mungkin menarik kembali uang saya yang sudah saya bayarkan.
Saya juga yang salah, mengapa baru setelah jauh ber-kilometer baru sadar duduk perkaranya. Semoga hanya saya saja yang mengalami kejadian yang kurang enak itu. Salam. (Sadhono Hadi; Creator of Fundamen Top40; Visit http://fundamen40.blogspot.com dan http://rumahkudidesa.blogspot.com)-FR