Diminta dan ditemani suster, saya mendengarkan “Keluhan” dari 2 orang yang karena keadaan tubuh dan sakitnya tak dapat datang beribadah. Inilah “Ironi Kehidupan” anak manusia, yang kadang kita tidak mengerti atau kita tahu resikonya tapi harus melakukan pada orang yang kita cintai karena tertutupnya mata hati kita.
Ironi kehidupan (1) : “Terasing disekitar kemegahan anakku”
Suster yang nyetir mobil (kereta) memasuki lorong kecil dan terlihat rumah sederhana dari kejauhan. Disekitarnya ada beberapa rumah modern yang memberi tanda bahwa pemiliknya pasti kaya (kaum berada). Suster menunjuk rumah sederhana ; “Bapa, itu rumah yang kita tuju.
Ketika masuk ke dalam, kudapati ibu tua. Tempat tidurnya diletakkan di ruang tamu yang dibatasi sehelai kain pintu. Setelah berkenalan dengan ibu, suster mempersilakanku mendengarkan “Keluhan” ibu tua itu. Saya mendengarkan “Keluhan”.
Raut wajah sedih dalam lipatan urat di wajah itu sebagai tanda ketuaan. Nafas sesak mendengarkan penjelasan suster, beberapa rumah mewah di samping rumah itu milik anak-anak dari wanita itu. Anak-anaknya memilih memberikan uang (membayar orang lain) untuk merawat ibunya karena sibuk.
Miris mendengar cerita suster dan saya menyela ; “Suster, andai si ibu itu dulu menggugurkan janinnya karena tidak mau melahirkan? Andai ibu menolak merawat anaknya, dan seandainya….. lalu, suster bayangkan nasib mereka. Seorang ibu selalu mendahulukan anaknya. Ia tak membiarkan anaknya terlantar.
Itulah hati ibu. Tapi, Sungguh ironi kehidupan terjadi ketika anak-anak dewasa, ketika anak-anak ada pekerjaan dan kesibukan, maka kadang kita tega memisahkan ortu dari kita, dari cucu-cucu mereka.
Kita lebih memilih mengasingkan orang tua dari kehidupan kita.
Mereka beban yang harus disingkirkan, dan bukan salib yang harus dipikul menjalani kehidupan ini. Malang nasib papa-mama, hanya karena kalian menjadi tua. Aku berharap semua anak memberi tempat kalau bukan di rumahmu kiranya ada di hatimu untuk ortumu, untuk ibumu yang melahirkanmu; untuk ayahmu yang mendidik dan merawatmu.
Ortu tak pernah merasa kehadiranmu dalam hidup mereka sebagai beban. Jangan anggap ortu adalah beban yang harus Anda hindari dan singkirkan. Terima dan jaga sebagaimana mereka menjaga dan merawatmu tanpa mengeluh sehingga Anda seperti saat ini. (Andre Wahjudibroto)-FR