Jakarta, Belum lama terjadi litopedion, yaitu janin batu yang dikandung puluhan tahun, di Kolombia. Ini bukan kasus pertama. Sebab berdasar catatan medis, hampir 300 kasus serupa telah dilaporkan. Litopedion adalah fenomena medis yang sangat langka.
Ini terjadi ketika kehamilan gagal dan janin mengalami kalsifikasi atau pembatuan selama dalam tubuh ibu. Karena janin terlalu besar untuk diserap tubuh, maka sisa janin atau kantung ketuban di sekitarnya perlahan mengapur, sehingga janin membatu. Ini mekanisme melindungi tubuh ibu dari infeksi jaringan yang membusuk.
Jika tidak ada komplikasi, pada dasarnya ibu bisa hidup normal. Kebanyakan kasus litopedion ditemukan pada perempuan Lansia. Mereka puluhan tahun mengandung janin membatu. Menurut Journal of Royal Society of Medicine terdapat 290 kasus llitopedion yang pernah didokumentasikan oleh literatur medis.
Dikutip dari artikel NCBC tahun 2009, pada Jumat (13/12/2013), dr Natalie Burger, endokrinologi dan spesialis kesuburan di Texas Fertility Center, menjelaskan litopedion mulanya merupakan kehamilan ektopik, di mana sel telur yang telah dibuahi akan menempel pada jalan menuju rahim, dan berkembang di luar rahim.
Menurutnya, dalam persentase kecil, terjadi juga kehamilan yang terjadi di dalam rongga perut, atau di tempat-tempat lain seperti usus, ovarium, atau bahkan pada aorta. “Ini adalah lokasi yang sangat langka dan bisa jadi sangat berbahaya,” jelas Burger.
Biasanya dokter akan merekomendasikan agar kehamilan dihentikan. Pertimbangannya karena risiko ekstrem sang ibu. Selain itu janin akan mati dengan sendirinya karena kurangnya suplai darah. Karena tidak berada di tempat yang tepat, maka janin akan mati, dan jaringan akan rusak.
Menurut artikel di Journal of Royal Society of Medicine, durasi rata-rata janin batu adalah 22 tahun. Namun beberapa perempuan mengandung janinnya dalam waktu yang lebih lama. Misalnya saja Huang Yijun dari China yang mana janin batu bersemayam di tubuhnya selama 50 tahun.
Bagaimana mungkin seorang wanita hidup dengan janin batu di tubuhnya selama bertahun-tahun dan tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres? “Dalam beberapa kasus, ada gejala kehamilan yang kemudian menghilang,” terang Burger.
Para wanita itu kemudian berpikir mereka sebenarnya tidak hamil, dan kemudian tidak memikirkan lagi tentang gejala kehamilannya yang pernah dirasakannya. Tanpa disadari ternyata janinnya malah mengeras karena tidak berada di tempat yang semestinya.
Dalam kasus lain, keadaan finansial membuat seseorang bertahan dengan ‘sesuatu’ di perutnya. Kemiskinan kadang membuat seseorang berpikir dua kali untuk mendapat penanganan medis jika tidak benar-benar merasakan sakit.
Misalnya, Huang Yijun mengatakan kepada wartawan ia tidak punya uang untuk mengangkat janin yang oleh dokter telah dikatakam meninggal di dalam tubuhnya pada tahun 1948. Karena tidak punya uang Huang Jiyung mengabaikan hal itu dan memilih diam.
Sementara itu perempuan yang tinggal di negara-negara di mana perawatan kebidanan kurang memadai, umumnya tidak menyadari kondisi yang dialaminya sampai masa yang membatu di tubuhnya itu menyebabkan masalah kesehatan serius.
Menurut Burger, litopedion beratnya sampai 4 kg; menyebabkan obstruksi usus, abses pelvis, masalah kelahiran di kehamilan selanjutnya, dan masalah kesuburan. (http://health.detik.com/read/2013/12/13/172906/2441707/763/mengenal-fenomena-ibu-mengandung-janin-puluhan-tahun)-FatchurR