Di berbagai media sosial ada yang mengkritisi bahasa, yang lucu tapi lebih sering garing.
Seperti “menuntut ilmu”, pasti kita sering dengar komentar, “Jangan pernah menuntut ilmu karena ilmu tak bersalah, kenapa harus dituntut?”
Saya tertarik merangkum permainan bahasa yang aneh walau garing :
“mencari ilmu” –> “Memang ilmu itu bisa hilang ya? Sampai harus dicari..”
“mengarungi samudera” –> “Kok mengarungi samudera ? Biasanya yg dikarungi ya beras….”
“mengejar cita-cita” –> “Kok dikejar, emang cita-cita itu buron? Salahnya apa dikejar-kejar..”
“mencuri hati” –> “Pencuri hati bisa di penjara tuh. Aku tuntut dia, kalau berani mencuri hatiku”
“patah hati” –> “Suka bingung pada yang patah hati, kenapa masih update status ? Bukannya dia segera operasi hati?”
“minta maaf” –> “Orang bersalah itu kayak pengemis? Kerjanya minta maaf. Bukannya beli malah minta. Pantesan nggak dikasih maaf”
“jual mahal” –> ”Berapa mahalnya? Semahal-mahalnya bisa dibeli kan. Konglomerat pasti bisa beli kan?”
“harga diri” –> “Berapa sih harganya? Siapa tau masih bisa ditawar. ”
“Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara”, pantesan makin banyak yang miskin, habisnya fakir miskin dipelihara, jadi tambah banyak. kayak ayam -sapi kalau dipelihara jadi tambah banyak kan?
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”, pantes yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin, habisnya pakai asas kekeluargaan bukan asas perekonomian. Kalau asas kekeluargaan, ya banyak nggak enaknya, banyak mengalah, kan keluarga sendiri.
“Harga beras bersahabat”. Maksudnya harga beras bersahabat dengan siapa? Dengan kita? Memang pernah kenalan? (Suhirto M)-FR