Seseorang mendaki gunung bersalju. Semakin ia mendaki, ia merasa kakinya semakin beku. Ia ingin sekali berhenti dan berbaring di salju. Namun ia sadar jika ia berhenti mendaki dalam kondisi seperti itu maka itu berarti kematian. Ia berjuang terus berjalan, kakinya terantuk sebuah gundukan, yang ternyata adalah tubuh manusia.
Ia membalik orang itu, ternyata dia masih hidup, dengan sisa tenaga ia mengangkat orang tersebut dan menaruh di punggungnya dan kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama ia mulai berkeringat dan merasakan darahnya mulai mengalir lebih lancar. Orang yang ditolongnya, telah sadar dari pingsannya dan mengucapkan terima kasih, dia telah menyelamatkannya.
“Saya juga
berterima kasih kepada Anda, sebenarnya ketika saya menolong Anda tadi, saya juga telah menyelamatkan nyawa saya sendiri.” Sebenarnya, ketika kita menolong orang lain, kita juga sedang menolong diri kita sendiri.
Pertanyaannya adalah; berapa banyak dari kita yang mau melakukannya? Berapa banyak dari kita yang mau menolong sesama? Umumnya kita akan berpikir, “Saya saja sedang susah, kenapa harus pusing menolong dan memperhatikan orang lain?”
Padahal, ketika kita menghibur teman, kita sebenarnya sedang menguatkan diri sendiri. Ketika kita berkorban waktu, tenaga dan uang, kita pun sedang memberi semangat padadiri kita sendiri karena orang yang menabur pasti akan menuai. (Andre Wahjudibroto)-FatchurR