KOMPAS.com – Usaha penatu (laundry) tahun2 terakhir terus bermunculan. Sebab, kebutuhan masyarakat pada jasa penatu makin tinggi. Maklum, kesibukan di luar rumah membuat sebagian orang tidak punya waktu mencuci baju sendiri. Peluang usaha ini dicoba Ridian Saputra.
Pria ini mendirikan jasa binatu Startup Laundry pada 2013. Pada saat yang sama Ridian langsung menawarkan peluang kerjasama kemitraan. Tahun ini Startup Laundry punya 6 gerai yang tersebar di Yogyakarta. “Satu gerai milik pusat, dan sisanya milik mitra usaha,” kata Ridian.
Tarif jasa cuci di Startup Laundry Rp 5.000-Rp 6.000 / Kg. Ridian mengklaim, Startup Laundry menggunakan produk kimia buatan sendiri sehingga aman dan melalui uji kelayakan. Pengharum pakaian, Startup Laundry punya 20 jenis aroma pengharum, di antaranya aroma jeruk dan lavender. “Pengharumnya asli racikan sendiri,” klaimnya.
Tertarik menjadi mitra usaha ? Ridian menawarkan dua paket investasi. Pertama Rp 25 juta. Pada paket ini, mitra mendapatkan bahan baku bahan kimia untuk mencuci serta mesin cuci, alat pengering pakaian, dan pelatihan usaha. Paket kedua Rp 50 juta. Paket ini berfasilitas sama. Bedanya, paket ini mitra mendapat alat pengering pakaian dalam jumlah lebih banyak.
Laba bersih bisa 45 persen
Besaran paket investasi yang ditentukan tersebut sudah termasuk biaya kerjasama selama lima tahun. Dia bilang, jika kerjasama sudah berakhir, maka biaya kerjasama akan dikenakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan nantinya.
Ia tidak mengutip biaya royalti kepada mitra. Namun, karena produk kimia dan pengharum pakaian dibuat sendiri, maka mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. “Ini untuk menjaga kualitas cucian,” ucap Ridian.
Dari beberapa mitra yang sudah bergabung, kata Ridian, kebanyakan gerai Startup Laundry berdekatan dengan kampus. Sejauh pengamatan dia, konsumen binatu miliknya ini umumnya memang berasal dari kalangan mahasiswa di kawasan kampus.
Kapasitas cuci Startup Laundry bisa 60 kg–70 kg per hari. Dengan jumlah itu, proyeksi Ridian, mitra bisa meraup omzet berkisar Rp 10,80 juta−Rp 12,60 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya pembelian bahan baku, sewa tempat, gaji pegawai, dan biaya operasional lainnya, mitra masih bisa meraih laba bersih 45% dari omzet per bulan.
Jika target laba bersih tercapai, balik modal mitra ± 9 bulan. Khoerussalim Ikhsan, konsultan waralaba, menilai bisnis binatu masih menjanjikan. Kini masyarakat kota kecil juga butuh jasa ini. Namun, agar omzet usaha bisa maksimal, promosi yang gencar perlu dilakukan. (BRX-Pratama Guitarra; http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/27/0921572/Peluang.Usaha.Binatu.ala.Jogja)-FatchurR