“Pensiun sering menakutkan. Untuk menghilangkan ketakutan tersebut kita perlu aktivitas lain agar tidak pernah merasa pensiun.” ( Gagan Gartika); Umur pensiun PNS dinaikkan dari usia 55 tahun menjadi 58 tahun. Bagi yang usianya menjelang pensiun, mendengar berita itu banyak yang bergembira. “Lumayan, tambah tiga tahun. Mending tetap bekerja, selain dapur tetap ngebul, waktu tak terbuang. Kalau di rumah saja bisa cepat tua,” ucapnya. Aneh, ketika bekerja dan banyak kegiatan raut wajah terlihat ceria.
Menjelang pensiun wajah berkerut, kusam, dan melamunkan pekerjaan setelah pensiun. Kondisi ini banyak dirasakan khususnya calon pensiunan PNS. Untuk itu, agar terhindar dari cepat keriput, kusam, lunglai, dan tak berkegiatan, sebaiknya Anda jangan pernah merasa pensiun.
Meski berhenti bekerja usahakan tetap berkegiatan lain. Agar pikiran bergerak terus dan beraktivitas—apalagi Anda punya pengalaman kerja—sumbangkan pengalaman itu pada generasi berikut atau untuk perusahaan yang perlu bantuan. Ini banyak dilakukan walau para mantan Presiden AS.
Mereka tak pernah diam dan bergerak terus dalam bidang sosial. Mereka membuat organisasi dermawan membantu masyarakat miskin atau membantu penderita penyakit yang sulit disembuhkan. Sehingga, hidupnjya diisi berbagai kegiatan dan tak pernah merasa pensiun. Mereka memelihara jaringannya dan bisa berbaur dengan sesama dan itu membuat umur mereka lebih panjang.
Di luar PNS atau pada perusahaan swasta, meski telah masuk usia pensiun tetapi masih banyak dari mereka yang memilih berkarya. Bahkan, seperti bekerja seumur hidup alias tak merasa pensiun sehingga banyak dari mereka malah masih kuat, tak kalah dari yang muda.
Juga bagi yang punya banyak kegiatan di luar selain sebagai PNS biasanya juga sering memilih cepat pensiun. Karena, waktunya lebih sering dialihkan untuk kegiatan mandiri dan menciptakan pekerjaan bagi orang lain. Atau, mereka lebih bisa memerhatikan diri sendiri dibanding saat terus mengabdi pada pekerjaan pemerintah.
Masing-masing orang beralasan sendiri dan tergantung cara pandang saat memilih pensiun. Bagi yang tak ada pekerjaan lagi, orang lebih nyaman melanjutkan pekerjaannya. Sementara bagi yang berkegiatan di luar, pasti mereka lebih senang mengambil pensiun muda. Mereka yang cepat pensiun bisa saja waktunya digunakan untuk berwiraswasta atau mengajar.
Pengalaman telah ada, jaringan juga luas, teman banyak—tinggal memaksimalkan jaringan dan temannya itu. Lebih istimewanya, waktu dan bekal pensiun sudah ada sehingga itu jadi modal dalam berkarier selanjutnya. Ini beda dibanding mereka yang dari nol dan tak ada kekuatan ketika harus berjuang mendirikan perusahaan.
Meski berpengalaman, ternyata banyak di antara mereka yang ketika terjun berbisnis tidak berhasil. Mungkin karena terbiasa menjadi orang gajian, dalam wiraswasta harus mampu menggaji diri sendiri. Ini membuat mereka belum terbiasa; kemana-mana ongkos sendiri, mulai modal, penyediaan tempat, peralatan, membayar karyawan dll. Kadang setelah berinvestasi pengembaliannya tak kunjung tiba sehingga modal dan investasi bisa melayang.
Kadang bila bekerjasama, ketika partner-nya enggak cocok, malah bisa tertipu. Inilah tantangan dalam berusaha. Maka dari itu, mindset pegawai negeri perlu segera diubah menjadi mindset sebagai pelaku usaha. Biasa enak lalu harus berubah menjadi apa adanya.
Biasa santai, mesti berubah menjadi berjuang keras. Biasa ada petunjuk berubah jadi mencari petunjuk, mencari terobosan-terobosan baru. Biasa dapat makan, sekarang harus siap berubah menjadi pemberi makan. Pokoknya serba mandiri.
Kalau tidak mandiri tak ada penghasilan dan tak ada makan kita menjadi terbiasa berpikir, berelasi, bertemu orang, melalui berbagai media atau komunitas serta organisasi. Ujungnya, suatu saat kita bertemu keberhasilan yang menjadikan hidup kita tetap berseri dan tak pernah merasa pensiun.
Setidaknya ini yang dilakukan teman saya. Sebelumnya ia bekerja di bagian hukum dan perizinan BUMN. Begitu pensiun, ia tak mau menganggur. Makanya, ia memasuki sebuah organisasi pengusaha di bisnis tranportasi dan pergudangan. Ternyata, keahliannya banyak diperlukan oleh para pengusaha.
Kini ia dibagian personalia dan perizinan, menikmati kegiatan pada perusahaan swasta. Pengalaman kerjanya bisa diaplikasikan pada perusahaan itu. Pada saat sama para pensiun lainnya masih banyak yang merenungi nasibnya. Mereka meraba-raba mencari tahu jalan baru dalam mengisi kehidupannya.
“Kenapa saya bangkrut terus saat mendirikan usaha? Selalu tertipu… Jadi, ya apa cara berusaha yang benar?” tanya pensiunan kepada saya. Setelah saya selidiki, ternyata penyakitnya adalah ia mendirikan usaha yang bukan berdasar keahliannya sehingga uang pensiunnya habis.
Dan jalan keluarnya, sebaiknya ia bekerja sesuai keahliankarena keahlian bisa mendukung kelancaran dalam berusaha. Selain itu, ia tidak perlu banyak belajar lagi.Jadi tinggal menyesuaikan ritme dan model berusaha. Dengan demikian waktu tidak terbuang percuma.
Ketika berhasil berbisnis, kita akan tahu perputaran uang yang lebih menguntungkan adalah dari pendirian perusahaan. Hasilnya bisa berlipat jauh dibanding dengan uang yang ditaruh dalam instrumen investasi lain, deposito, reksadana, atau lembaran saham yang risikonya tinggi.
Apa pun bidang yang dipilih, yang terpenting Anda memiliki aktivitas sehingga Anda tak merasa tua dan terus berpenghasilan. Janganlah Anda merasa pensiun, tetapi tetap bergerak terus. Antara lain, terus bersilaturahmi dengan teman kantor, menginventarisir teman lama, teman baru, dan masuk organisasi.
Tetaplah bergerak sesuai keahlian agar Anda bisa dihargai dan dibutuhkan. Anda tak akan pernah kesepian, apalagi sedih dan takut karena kehilangan kebanggaan bekerja. Kini bangkitlah dan jangan merasa pensiun. Banyaklah bersilturahmi dan ikut komunitas baru maka kemajuan akan tetap dalam genggaman. (Oleh: Gagan Gartika; Sumber : topmotivasi.com dan http://kisahkisah.com/3347/jangan-pernah-merasa-pensiun/)-FatchurR