Telinga punya limit kemampuan menerima suara. Karena itu, kemampuan dengar seseorang akan menurun jika terus mendengar suara bising. Suara bising dipercaya berdampak terganggunya kondisi psikologis seseorang. Apa kata ahli medis?
Dokter Spesialis THT dari RS Hermina Depok, dr Asnominanda, SpTHT mengatakan, suara bising adalah suara pengganggu kenyamanan kuping karena intensitas bunyinya melebihi 85 desibel. Suara itu bisa berasal dari knalpot berjenis bogar yang level kebisingannya mencapai 100 desibel, suara pesawat yang 105-125 desibel, dan mesin rumput yang 25-30 desibel.
“Kalau mendengar suara lebih dari 85 desibel dalam sehari selama 8 jam dan terus berulang 5 hari dalam seminggu selama 10 tahun, itu sudah di teliti, sekitar 7-8% orang akan tuli akibat bising,” ujarnya saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.
Selain sumber bunyi tadi, mendengarkan musik juga berisiko gangguan pendengaran. Utamanya, bila mendengarkan musik menggunakan headphone atau earphone lama dan dengan keras. Berdasarkan penelitian tim RSCM, dari 100 orang yang diteliti terdapat 60-70% berpotensi tuli akibat suara bising dari musik secara berlebihan melalui headphone.
“Jadi disarankan yang sering mendengarkan musik melalui mp3 atau hand phone, agar mengurangi penggunaan yang berlebihan volumenya dan waktunya,” paparnya. Sebab, kata dia, tuli adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Cara terbaik menghadapi penyakit ini adalah dengan mencegahnya.
Asnominanda mengingatkan, jauhi suara bising di lingkungan kerja atau rumah. Jika Anda bekerja di permesinan, sebaiknya memeriksa kembali standar kerja yang berlaku di perusahaan. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menegaskan, suara bising di lingkungan kerja tidak boleh lebih dari 85 desibel. Waktu kerja dibatasi agar tidak merusak pendengaran dari pekerjanya.
“Orang kerja di tempat bising tidak boleh lama, karena aturannya jika mencapai 85 desibel tidak boleh lebih dari 8 jam kerja,”. Dia menyarankan, meski tempat kerja Anda berintensitas bunyi lebih ringan dari standar yang ditetapkan, tetap saja Anda harus meminimalisir risiko ketulian. Caranya, gunakan penutup telinga ketika bekerja di lokasi bising.
Selain itu, sempatkan waktu menjauh dari suara bising demi mengistirahatkan telinga. Sebab, walau intensitas kebisingannya rendah, risiko jadi tuli tetap terbuka. “Mungkin 2-3 tahun nantinya dia akan tuli, selama dia masih berada dalam lingkungan kerja yang bising,” tegasnya.
Kalau tuli, kata Asnominanda, akhirnya hal itu berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang. Mudah emosi karena kesulitan menangkap pembicaraan dengan lawan bicara adalah hal yang biasa terjadi. Belum lagi, sering muncul suara berdengung pada kuping ketika tidur di malam hari.
“Hal itu tidak bisa diobati. Tuli akibat bising itu hanya bisa dicegah,” ungkapnya. Apakah Anda telah terganggu pendengaran atau belum, dapat diperiksa melalui kualitas obrolan. Jika berbicara selalu tidak searah atau tidak nyambung, tanda-tanda gangguan pendengaran terlihat. Selain itu, jika orang lain mendengar jelas sebuah suara, namun Anda hanya menangkap samar-samar, mungkin pertanda ketulian.
Metode paling objektif dengan memeriksa pendengaran melalui alat audiometri. Melalui alat itu, akan terlihat audiometrinya berada pada frekuensi 4.000 Hz. Jika ada gangguan pendengaran, audiometer akan turun dari angka itu.
“Kalau orang normal tidak ada penurun frekuensi, jika orang yang mengalami tuli akibat bising akan mengalami penurunan frekuensi dari angka 4.000 hz,” tandasnya. (BRX-https://id.she.yahoo.com/tuli-akibat-suara-bising-101124684.html)-FatchurR