Sejak 2008, Taman Balekambang resmi menjadi hutan kota Surakarta. Mengunjungi kompleks seluas lebih dari 5 Ha itu, kita bisa menikmati suasana yang berbeda. Belasan pepohonan berusia ratusan tahun jadi peneduh alami. Maka tak aneh jika kini, hampir tiap hari, ratusan anak menyemarakkan suasana.
Saat libur tiba, ramai sekali. Monyet kecil-rusa-angsa yang dipiara menjadi obyek hiburan tambahan bagi anak-anak, juga orangtua dan keluarga yang menyertainya. Kereta kuda, perahu kayuh dan mobil-mobilan yang bisa dinaiki empat orang pun tersedia untuk melengkapi sarana wisata kota.
Ada koneksi Internet gratis di sana, yang disediakan Pemerintah Kota Surakarta. Dua tower dipasang untuk memancarkan kebutuhan koneksi Internet untuk Anda. Cepat-lambat memang relatif, tergantung jumlah pengunjung yang memanfaatkan akses gratisnya.
Balekambang, berasal dari gabungan balé (Jw. Balai) dan kambang (Jw. Mengapung), menunjukkan sebuah balai di atas telaga kecil di masa lalu. Begitu sederhana membuat istilah baru, dengan praktis, yang penting mudah diingat. Karena balai mengapung yang terletak di antara pepohonan besar nan rindang, lalu disempurnakanlah ia menjadi taman.
Taman Balekambang dibangun oleh KGPAA Mangkunagara VII (1921). Taman itu dinamai Partini Tuin, untuk mengabadikan putrinya bernama Partini. Tak cuma bercengkerama siang hari, di sana menjadi ruang publik. Aneka kesenian tradisional, termasuk tarian dan sering digelar, dan pentas ketoprak rutin tiap malam.
Di Balekambang pul, dulu Srimulat pernah berjaya. Grup lawak asuhan Teguh (alm.) berkibar di Solo setelah hijrah dari Surabaya, hingga mencuatkan nama-nama pelawak seperti Gepeng, Pete, dan Jujuk, sebelum akhirnya juga menyerah pada takdir, gulung tikar.
Masa kelam Balekambang justru sepeninggal Srimulat. Dunia gemerlap lebih disukai seperti tayangan TV), sehingga diskotiklah yang lantas memberi warna Balekambang sebagai ‘ruang publik’. Dulu, ada panti pijat sebelum akhirnya ‘dibersihkan’ dan ditata oleh pasangan Jokowi/Rudy.
Untung, semua itu sudah menjadi cerita masa lalu. Kini, Balekambang benar-benar menjadi sebuah taman yang asri. Nyaris mirip Kebun Bogor, meski berbeda pada beberapa hal, seperti luasnya atau tiadanya istana negara. Balekambang pun bakal dikembangkan menjadi taman botani.
Banyak pepohonan langka ditanam di sana, sumbangan dari sejumlah pejabat negara, tokoh publik hingga sejumlah pejabat diplomatik negara sahabat. Sebuah teater terbuka juga sudah dibangun, bersebelahan dengan gedung baru untuk pentas ketoprak.
Kini, Belakambang sering digunakan menyambut tamu penting yang ke Surakarta. Gala dinner biasa digelar. Untuk sebuah pesta terbuka, seperti resepsi pernikahan sangat cocok. Taman Balekambang kini indah, nyaman untuk rekreasi. Semua digratiskan, kecuali parkir. Sejumlah pedagang k5 ada di dalam, yang menyediakan minuman aneka rupa dan makanan ala kadarnya.
Bagi Anda yang hendak ke sana, disarankan membawa bekal makanan/minuman. Jangan suka membuang sampah sembarangan, biar Taman Balekambang tetap asri dan bersih, sehingga taman tetap lestari, sehingga mampu menjadi daerah resapan, agar air tidak kian langka dari Kota Surakarta.
Taman Balekambang, terletak di sisi utara Stadion Manahan, tak jauh dari Terminal Bus Tirtonadi, pun Stasiun Balapan. Akses transportasi umum tak tersedia menuju ke sana. Dari Tirtonadi, Anda bisa mencapainya dengan naik becak dengan ongkos Rp 10 ribu, atau Rp 15 ribu dari Stasiun Balapan. (by blontankpoer ; http://tentangsolo.web.id/taman-kota-balekambang.html)-FatchurR