Pensiun merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari, seiring berjalannya usia. Oleh karena itu, masa pensiun mesti disiapkan agar kebutuhan finansial tetap bisa terpenuhi kendati tidak bekerja lagi. Pertanyaan kapan memulai pensiun menjadi sangat relevan.
Jika merujuk pada pakem perencanaan keuangan yang lazim, setiap orang memiliki siklus hidup, mulai dari lahir, balita, masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan mulai bekerja, lalu menikah, kemudian tua dan meninggal.
Dalam faseini, aktivitas yang terkait dengan keuangan sudah dimulai. Paling tidak ketika masa kanak-kanak sudah mendapatkan uang saku dari orangtua, yang keperluannya bisa untuk jajan atau belajar menabung. Namun, perencanaan keuangan yang sesungguhnya sudah mesti dimulai ketika seseorang sudah mulai memiliki pendapatan.
Tidak peduli apakah itu ketika yang bersangkutan masih sekolah/kuliah atau ketika benar-benar sudah memasuki fase dewasa dan bekerja, baik bekerja di perusahaan atau berwiraswasta. Prinsipnya, ketika seseorang sudah mulai memiliki pendapatan, maka pada saat itu juga yang bersangkutan mulai menyiapkan diri untuk ketika suatu saat tidak memiliki pendapatan lagi.
Konkretnya, yang bersangkutan harus memiliki tujuan keuangan, baik itu di saat masih bekerja dan juga ketika di usia tua, saat sudah tidak bekerja. Secara umum, tentu tujuan keuangan seseorang adalah memiliki aset dan penghasilan yang memadai, yang mampu untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Itu saja.
Tetapkan standar hidup
Konsep perencanaan keuangan sebagaimana disampaikan di atas tentu tidak mudah ketika hendak dilaksanakan. Bukan saja penghasilan yang dianggap mungkin masih terbatas, tetapi juga kebutuhan untuk pengeluaran yang boleh jadi setiap saat terus meningkat.
Lalu, bagaimana solusinya? Tetapkan dulu standar hidup yang hendak dijalani. Ini menjadi fondasi dari semua kegiatan keuangan seseorang. Sebab, ketika seseorang memiliki penghasilan sangat besar, maka pengeluaran pun menjadi sangat besar. Namun, ketika penghasilan menurun, tidak mudah untuk melakukan penyesuaian di sisi pengeluaran, baik karena gaya hidup ataupun alasan lain.
Akhirnya, ketika usia bertambah dan tidak produktif lagi, yang terjadi adalah pensiun dengan kemiskinan. Tentu sangat menyakitkan. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan dengan standar hidup yang wajar menjadi dasar untuk menyiapkan masa pensiun yang menyenangkan.
Konkretnya, Pertama, pastikan penghasilan harus lebih besar dibandingkan pengeluaran. Tidak ada alasan apa pun yang bisa membenarkan perilaku pengeluaran lebih besar dari pendapatan. Jika perilaku ini dijalankan, bisa dipastikan yang diperoleh bukanlah kesejahteraan, melainkan kesengsaraan.
Kedua, alokasikan penghasilan untuk menabung, investasi, dan juga pensiun. Ada yang mengatakan bahwa tabungan dan investasi sebenarnya adalah dalam rangka meningkatkan aset sehingga bisa dipergunakan di saat sudah tidak produktif lagi.
Ini tidak salah, tetapi sering kali dalam perjalanan waktu hasil menabung dan investasi malah tidak dipergunakan untuk persiapan pensiun, melainkan untuk konsumtif seiring dengan perubahan pola hidup.
Atau lebih fatal lagi, investasi yang dilakukan bukannya menambah aset, melainkan mengurangi aset alias mengalami kerugian. Oleh karena itu, alokasi dana untuk pensiun sebaiknya memang dipisahkan dari tabungan dan investasi.
Menikmati hidup
Ketiga, kapan memulai pensiun? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Sebab definisi, ada yang mengatakan pensiun dimulai ketika berusia 55 tahun. Ini pakem yang kerap dijadikan rujukan, di Indonesia. Sementara di negara-negara maju, pensiun dimulai di usia 65 tahun, bahkan 70 tahun.
Namun, makna pensiun yang dijadikan patokan dalam pembahasan ini bukanlah tingkat usia, melainkan tingkat kemampuan finansial untuk membiayai hidup, tanpa perlu memikirkan lagi soal penghasilan. Apa maksudnya?
Masa pensiun sebenarnya bisa dimulai ketika seseorang sudah memasuki tahap ”kemerdekaan finansial” berdasarkan standar masing-masing. Itu sebabnya menentukan standar hidup menjadi faktor utama. Dan itu sebabnya, ada kalangan yang ingin ”pensiun muda”.
Namun, makna ”pensiun muda” di sini bukan berarti menjadi pengangguran. Yang bersangkutan tetap menjalankan berbagai aktivitas, tetapi tujuannya bukan lagi untuk mencari uang, melainkan untuk menikmati hidup, mendapatkan keseimbangan hidup, sehingga hidupnya menjadi berkualitas, lahir dan batin. Itulah hakikat pensiun yang sebenarnya.
Kesimpulannya, masa pensiun bukan berarti dimulai di usia 55 tahun. Melainkan bisa lebih cepat dari itu, atau bahkan lebih lama, bergantung kesiapan setiap orang dalam menyiapkan kekuatan finansial, untuk membiayai kebutuhan hidupnya di saat sudah tidak berorientasi pada mencari pendapatan lagi.
Dengan kata lain, mencari pendapatan, menaikkan aset, harus dimulai sejak masa muda, sejak masa berpenghasilan. Lalu menyiapkan standar hidup secara konsisten dan mengalokasikan pendapatan tersebut untuk persiapan pensiun.
Caranya tentu bisa macam-macam. Bisa dengan mengikuti berbagai program pensiun yang diselenggarakan perusahaan atau melaksanakannya secara mandiri. Yang penting, persiapan pensiun mesti dimulai sejak dini, dan keputusan kapan akan pensiun juga bergantung diri sendiri. (ThW; ELvyn G Masassya; Kompas, Minggu, 8 Desember 2013; http://www.persiapanpensiun.org/kapan-memulai-pensiun/)-FR