Ketika kita dikaruniai kehadiran Ramadhan, sepatut-nya kita sambut datangnya Ramadhan penuh rasa syukur, karena :
– kita masih diberi kesempatan menyambut bulan ini, padahal ada di antara kita yang tidak berkesempatan menemui bulan Ramadhan ini karena telah wafat;
– kita tergolong orang beriman, melaksanakan perintah wajib puasa sesuai Q.S. Al-Baqoroh: 183; Bersyukurlah, karena ada orang yang imannya beku, tidak menjalankan perintah puasa. Bulan puasa datang, tetapi tidak datang di hatinya dan di tengah-tengah keluarganya;
– tamu yang datang bukan sekedar tamu biasa, tetapi tamu istimewa yang “sangat pemurah”; bulan penuh keberkatan (“syahrun mubarok“) dan penuh pengampunan (“syahrul maghfiroh“);
Ramadhan : SYAHRUN MUBAROK
• Dikatakan demikian, karena bulan Ramadhan menjanjikan barokah, pahala, ganjaran :
• Hadits Anas bin Malik, menyatakan bulan Ramadhan :
– mendatangi majlis ilmu : 1 langkah = 1 tahun ibadah;
– sholat berjamaah : tiap rakaat = 1 kenikmatan;
– taat pada orang tua: mendapat kasih sayang Allah dan Nabi menanggung dalam surga;
– istri mencari keridloan suami : pahalanya seperti Siti A’isyah dan Siti Maryam;
– mencukupi kebutuhan saudaranya : akan dicukupi 1000 kebutuhannya di hari Qiyamat;
• Di dalam hadits lain dinyatakan a.l. :
– diamnya orang berpuasa = tasbih;
– amalnya orang berpuasa, dilipatgandakan;
– do’anya orang berpuasa, dikabulkan; dan
– dosanya orang berpuasa, diampuni.
• Di dalam HR Bukhori a.l. dinyatakan : – 1 hari puasa = dijauhkan 7 th. dari api neraka;
• Di dalam Q.S. Qodar : malam qodar (di bulan puasa) nilainya lebih dari 1000 bulan;
Ramadhan : SYAHRUN MAHGFIROH
• HR (Hadits Riwayat) Bukhori-Muslim :
• “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas, akan diampuni segala dosanya”.
• Jadi jelas, bulan ramadhan merupakan “bulan Pengampunan”
• “Maghfiroh/ampunan” merupakan kebutuhan vital manusia, karena dalam 11 bulan yang lalu mungkin tidak terasa kita telah banyak melakukan dosa dan kelalaian, antara lain:
– melalaikan sholat dan puasa (mendahulukan yang lain atau meninggalkan sama sekali);
– segan baca Al Qur’an, lebih suka ngobrol, ngrasani, melukai hati orang atau mengeluarkan kata kotor;
– lupa bersyukur akan nikmat Allah yang demikian banyak;
– segan beramal, menolong fakir miskin atau orang tua/saudara/ kerabat yang kekurangan;
– banyak melakukan maksiat a.l. : durhaka/melawan ortu; sering dusta; makan/minum yang haram; perbuatan tidak senonoh (misal “tangan gratil”); mencari rizki dengan cara kotor dan tidak terpuji; dsb.
• Jadi pada intinya, terlalu banyak mungkin dosa yang telah kita lakukan, baik sebagai hamba Allah, sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai suami/istri, sebagai tetangga, sebagai buruh, sebagai majikan, pejabat/ pimpinan dsb. Oleh karena itulah kita butuh “maghfiroh”.
• * Namun patut dicatat, bahwa “maghfiroh” itu hanya dapat diperoleh lewat puasa dan sholat yang dilakukan dengan “iimanan wah tisaaban” yaitu : – dengan penuh kesungguhan/keyakinan (iman); dan
– dengan kesabaran/keikhlasan, semata-mata menca-ri keridhoan Allah.
Q.S. Ar-Ra’d: 22 menyatakan, orang yang “bersabar karena mencari keridhoan Allah”
• (“walladziina shobarub tighooa wajhi robbihim“)
• termasuk salah satu dari “mereka yang mendapat tempat kesudahan yang baik”
• (“ulaaika lahum ‘uqbad daar“)
Marilah kita bersabar menjalankan ibadah puasa dan menjalankan ibadah shalat, termasuk tarawih (sholatul lail), dan amalan puasa lain. Semoga kita termasuk “orang yang mendapat tempat kesudahan yang baik” sebagaimana dijanjikan Allah. Amiin. (Agus Suryono; CERAMAH TARAWIH BAPAK BARDA NAWAWI ARIEF)-FR
————
Sholatlah
Anak :”Mama, aku kalau sholat pikirannya suka kemana-mana (kurang khusyu’), Dosa Gak Ya…???.”
Mama: “Gak apa-apa Nak, teruslah belajar khusyu’…!
Yang dosa itu kalau kemana-mana tapi gak sholat.”
Anak :”Mama, temenku itu kalau sedekah sukanya terang-terangan , apakah itu baik…???.”
Mama: “Gak apa-apa Nak, yang gak baik itu terang-terangan gak sedekah.”
Mama: Anakku,Sholatlah, walau kita belum bisa khusyu’, namun tetap berusaha untuk bisa khusyu’…!!!
Bersedekahlah, walau kita belum bisa ikhlas, namun tetap berusaha untuk ikhlas. (Suhirto M)-FR