Bukan karena gak dipanggil ke Istana, tapi setelah Rakor PP P2Tel, Jumat yang sampai magrib, aku jatuh sakit. Gak selera makan walau anak2ku berusaha beliin makanan kesukaanku. Ndilalah ketemu p GS, yang katanya mau ambil restitusi sambil kontrol pelayanan poliklinik
Pantesan giliran terima obat yang biasanya lama ternyata hari ini cepat. Tks p. GS. Cuma saat ditanya gimana pelayanan dokter, enteng pasrah kujawab: Kalau obat mah standar habis gimana lagi?, tapi bonus ngobrol yg didengar itu yang jarang ditempat lain. Betul? Regards, (Sunarto SA)-FR
Catatan : Dari FR
Saya ingin menanggapi dua hal : “1-Makanan kesukaanku dan 2-Obatnya standar saja” sebagai berikut :
1-Makanan kesukaan
Seharusnya kita memulai selektif makanan (mengutamakan serat, sayuran dan karbohidrat) ber index glikemik rendah sejak muda. Apalagi kita2 yang umumnya berumur diatas 55 Th. Karena kondisi berpenyakit itu merupakan akumulasi aktifitas (pola hidup) bertahun tahun. Jadi kita harus mulai menanggalkan “Makanan kesukaan” dan beralih selektif ke makanan sehat.
2-Obatnya standar
Pada umumnya obat dibagi menjadi obat patent dan generik. Obat patent masih bisa terbagi “Mahal dan sedang harganya”. Saya menerjemahkan obat yang dia terima adalah berharga sedang, walau tidak tertutup kemungkinan dia memperoleh obat termurah : Generik
Menurut saya, ketika kita sakit marilah kita berpikir untuk mengembalikan kondisi badan kita “Terkendali dari penyakitnya dan tidak perlu pikiran kita dipenuhi pikiran yang tidak positif”. Lebih baik kesehatan kita kita serahkan dan percayakan penanganannya pada Dokter. Tugas kita utamanya, Bertanya pada diri sendiri, apa yang salah pada kita dan segera memperbaikinya. Bersambung tentang obat standar saja………… (FR)